Minggu, 13 Oktober 2013

EMPAT MACAM MODEL SUPERVISI



EMPAT MACAM MODEL SUPERVISI
(Sebut dan Jelaskan)

Paper halaqoh
Disajikan pada tanggal 14 juli 2012

Pengasuh:
Prof. DR Kyai H. Achmad Mudlor,SH.


Oleh:
Abdullah Mujahid
Mahasiswa Semester III
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya











HALAQOH ILMIAH
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
JULI  2012


A.    PENDAHULUAN
Supervisi merupakan pendidikan yang berupa bimbingan atau tuntunan kea rah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi. Yang termasuk supervisor misalnya kepala sekolah, penelik sekolah, dan para pengawas di tingkatan kabupaten/kota madya, serta staf di kantor bidang yang ada di setiap provinsi. Supervisi berkembang dan sekarang mempunyai empat macam model yaitu.[1]
1      Model Konvensional
2      Model Ilmiah
3      Model Klinis
4      Model Artistik
Ke empat model supervisi tersebut akan di jelaskan pada bab selanjutnya.

B.     PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini ialah suatu pola, contoh : acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada berbagai model yang berkembang.
(1)      Model supervisi yang konvesional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini oleh Oliva P.F. (1984: 7) disebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. akibatnya guru merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guruyaitu Acuh tak acuh (masa bodoh) dan  Menantang (agresif)[2]
(2)      Model supervisi yangbersifat ilmiah.
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-          Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
-          Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
-          Menggunakan instrument pengumpulan data.
-          Ada data yang obyektif yang diperoleh dari kesalahan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada gury-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.[3]
 (3)      Model Supervisi Klinis.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo, 1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi klinis (Clinical supervision) sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber Education. Tekanan dalam pendekatan di Havard School of  bersifat khusus melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan penampilan dan perilaku mengajar guru (Archeson dan Gall, 1980 :8).[4]
4. Model Supervisi Artistik
Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovani Th.J menyamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain :
        (1).     Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak berbicara.
        (2).     Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
        (3).     Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
        (4).     Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
        (5).     Model artistik terhadap supervisi memerlukan laoran yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
        (6).     Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
        (7).     Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya.
        (8).     Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument yang utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.[5]


C.    KESIMPULAN
Supervisi merupakan pendidikan yang berupa bimbingan atau tuntunan kea rah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Dan sejauh ini terdapat empat pengembangan model supervise yaitu: model konvensional, model ilmiah, model klinis, model artistic.



DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, 2008, Metode Dan Teknik Supervisi, Departemen Pendidikan Nasional.
suaidinmath.files.wordpress.com/2011/03/model-pendekatan.doc [online 13 juli 2012]



[1] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan 2008:4
[2], 3, 4, 5 suaidinmath.files.wordpress.com/2011/03/model-pendekatan.doc.




1 komentar:

terima kasih atas masukannya