CERPEN
“DOA SANG PENCARI ILMU”
KARYA
: ABDULLAH MUAJHID
“Tuntutlah
ilmu walau sampai ke negeri cina” itulah ajaran dari
rasulullah untuk ummatnya jika ilmu sudah habis di tempat tinggal kita maka kita
di suruh nabi untuk mencari ilmu lagi walaupun jauh tempatnya itulah yang
sedang ku lakukan setelah lulus dari sekolah kecil yaitu Madrasah tsanawiyah
Darul Hikmah Rasanya ayahku memiliki maksud lain mengapa aku di kirim ke pondok
pesantren bahrul ulum tambakberas jombang dan melanjutkan ke Madrasah Aliah negri disana Tidak hanya mendalami ilmu umum saja
namun disana juga dituntut untuk bisa menguasai berbagai pengetahuan agama. Sama
seperti yang dilakukan Ayah ibuku dahulu di kala masih sekolah.
Aku
menuruti saja kemauan mereka meskipun aku tidak begitu minat namun aku juga
tidak begitu menolak ajakan mereka karena keduanya adalah panutanku sejak aku
kecil, yang mengajariku menjalani kehidupan yang sebenarnya, mengajariku berbuat
benar dan lebih utama lagi menjadi hamba Allah yang patuh menjalankan
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Sempat terpikir
oleh ku untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi namun apalah daya,
ayahku yang hanya sebagai guru madrasah ibtida’iyah swasta yang hanya ber penghasilan
lima ratus ribu perbulan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sekarang,
untung saja aku anak terakhir, kedua kakak ku sudah bekerja sehingga dapat
memenuhi kebutuhan keuarga kami dan juga
cukup memenuhi kebutuhan hidupku di pondok pesantren.
Aku
teringat saat mengaji kitab tentang menuntut ilmu“syarat-syarat orang
menuntut ilmu itu ada enam yaitu: waktu yang lama, modal, sabar, ta’at kepadaguru,
merasakan kesusahandan tekun” tetapi kyai ku memberi nasihat lain yaitu apa
bila kamu ingin ilmumu manfaat cukup mematuhi peraturan di pondok hanya itu saja sudah cukup, maka dari itu kamu
tidak usah memikirkan masalah rizeki focus saja dengan ilmu yang kamu pelajari karena
Allah sudah memberi kamu jatah rizeki untuk menuntut ilmu entah bagaimana cara
Allah memberikannya. Setelah itu aku merasa di beri pencerahan tentang masalah
yang sedang aku pikir kan akhirnya aku sudah tidak memikirkan tentang masalah rizeki
lagi. aku yakin keluarga tidak akan terbebani menghidupiku di sini. Saat ini aku
hanya bisa memberikan bantuan do’a untuk mereka “Ya Allah, semoga Engkau memberikan yang terbaik untuk mereka, semoga mereka
bahagia, engkau selalu melimpahkan rahmatmu kepada mereka Aamiin”.
Allahu
Akbar-allahu akbar, suara adzan shubuh bergemuruh riuh membangunkan tubuhku
serta memberi semangat hidup untuk melaksanakan segala perintah Nya. Aku segera
menggerakkan tubuhku yang sedikit kaku karena terdiam diatas karpet semalaman,
lalu mengambil air wudhu, membasuh raut mukaku yang pilu. ”Asyhadu allaailaaha illallaahu wahdahu laasyariikalah wa Asyhadu anna
Muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh Allahummaj’alnii minattawwaabiin waj’alnii
minal mutatohhiriina wajnii min ’ibaadikasshoolihiin Aamiin”. Semoga Allah
selalu memberikan limpahan rahmatNya kepadaku. Alhamdulillah saat ini aku masih
di berikan rasa ni’mat untuk beribadah kepadaMu.
Segera
aku bergegas mengganti bajuku kemudian masuk ke musholla memenuhi shaf yang
kosong, untung saja jamaah masih sepi sambil mengisi waktu luang aku membaca Al
Qur’anul Karim serasa hati ini di basuh dengan air yang segar menyejukkan
membasuh segala penat di benakku setelah beberapa menit seorang anak mengambil
microphone dan iqomah, jamaah shubuh pun dimulai dengan santri memenuhi semua
shof di musholla yang kecil itu.Seperti bisaa setelah jamaah shubuh kami
melakukan wiridan bersama, dengan segala macam tingkah laku dari para santri
yang tergolong memiliki cirri khas masing-masing, ada yang khusyu’ membaca
do’a, ada yang semangat, ada juga yang ketiduran, untung saja aku jarang tidur
waktu selesai sholat karena setelah sholat adalah waktu mustajab untuk
memanjatkan do’a dan doa seorang yang sedang menuntut ilmu juga mustajab. Aku
memanjatkan do’a kepada Alah tentang semua yang aku inginkan dan aku
cita-citakan “Ya Allah semoga aku
menuntut ilmu disini tidaklah sia-sia, manfaat dan barokah, semoga Engkau
selalu memberikan rahmat dan hidayahmu, berikan lah aku Istiqomah dalam
melakukan kebaikan, terangilah hatiku, tetapkanlah imanku janganlah engkau
biarkan terlepas dari jiwaku, segala yang kengkau berikan kepadaku tidaklah
sia-sia, berikanlah aku selamat duia akhirat, ya Allah Semoga aku aku dapat
melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi dengan pilihan yang aku
inginkan dan sesuai dengan kemampuanku, semoga Engkau memberikan kemudahan
bagku Aamiin”.
Hari pertama aku sekolah,
aku berangkat ke Madrasah Aliah yang tidak jauh dari lokasi pondokku. Sekolahnya
bagus, asri, namun murah.Mungkin karena staf-staf yang ada adalah sebagian
besar para pengasuh pondok pesantren sehingga mereka lebih mementingkan
pendidikan murid-murid mereka daripada memperkaya diri. Subhanallah benar-benar
tujuan yang mulia.
Kami
para murid sedang melakukan beberapa tes mulai dari tes IQ sampai tes agama,
maklum karena sekolah ini juga memperioritaskan pendidikan agama. Rangkasian tes
sudah berakhir dan hasil tes yang paling membuatku adalah tes IQ ternyata IQ ku
120 dan masuk kategori cerdas Alahamdulillah mungkin ini yang membuatku
semangat untuk belajar. tetapi itu bukan perioritas utama karena guruku pernah
mengatakan “kecerdasan otak bukan merupakan kecerdasan yang paling utama dan
kecerdasan yang paling utama adalah kecerdasan moral dan akhlak”.
Ketika
di pondok aku diajak kakak senior untuk berbincang bincang setelah mengaji
malam. Kami berangkat ke komplek warung malam yang gelap di terangi lampu kuning
yang agak redup, banyak para santri yang nongkrong disana yang bisaanya disebut
dengan istilah ngopi. Aku duduk di karpet yang berada di pojok warung, suasana
di sana ramai aku pun memesan secangkir kopi di temani se bungkus rokok maklum
sebagian para santri disana adalah perokok aktif sehingga kebisaaan disana
sulit untuk di hilangkan. Ada yang heran disekelilingku, sesuatu yang bersinar
keluar di balik sarung dan saku santri, seharusnya santri dilarang membawa
benda seperti itu di pondok pesantren yaitu handphone. Aku sempat menanyakan
kepada kakak seniorku “kak mengapa mereka sampai berbuat seperti itu?” “oh itu bisaa
maklum mereka sudah bosan merasakan penderitaan disini itulah godaan santri
yaitu ingin melanggar aturan, tentu saja itu akan sangat berpengaruh terhadap
masa depan mereka nantinya tetapi jangan khawatir mereka tetap akan di perlukan
di masyarakat, kalau kamu ingin lebih baik dari mereka belajarlah yang tekun
dan sebisa mungkin menaati peraturan yang ada” “oh begitu ta kak” aku berpikir
mereka yang melanggar peraturan saja masih berguna apalagi santri yang rajin,
tekun dan menaati peraturan mungkin setelah keluar nanti akan menjadi orang
yang hebat. Itu sudah terbukti dari beberapa kisah orang sukses yang sebagian
besar dari mereka adalah santri dan aku ingin menjadi seperti mereka.
Tingkah
laku ku di pondok pesantren mungkin tidak seperti anak yang baik. Aku adalah anak
yang nakal, susah diatur dan cenderung untuk mencoba sesuatu yang baru. Untung saja
aku berada di sini coba kalau tidak jika aku sekolah di SMA tanpa dipondokkan mungkin
sekarang aku tidak bisa seperti ini dan aku akan menjadi anak yang jelek moralnya
meskipun aku dari keluarga baik-baik.
Kegiatan
di sini cukup menyenangkan seperti madrasah diniyah, latihan berpidato dan menghafal
bait-bait arab sehingga dapat mengisi sebagian otak kami yang kosong. Juga setiap
selesai diniyah ada belajar bersama mencakup materi umum maupun materi keagamaan. Kami
juga di latih untuk dapat bersosialisasi dengan teman-teman, melatih mental
dengan saling mengadu argument dan saling mengolok-olok satu sama lain tetapi tidak
sampai menimbulkan konflik hal itu di maksudkan agar kami suatu saat dapat bertahan
dan dapat mencari solusi jika terjadi sesuatu yang tida di inginkan dan menghadapi
berbagai macam keadaan seperti masalah pertikaian suatu kelompok fitnah dan isu
yang tidak sedap dan juga menanamkan semangat bergotong-royong.
Untuk
libur sekolah tidak pada hari minggu melainkan pada hari jum’at. Setiap hari jum’at
kami bisa jogging keliling pondok yang masih asri, banyak tanaman di pinggir jalan
dan sawah yang masih luas juga pada sore harinya kami biasa bermain sepak bola
di lapangan atau pun bermain sepak takraw. Ada juga yang hobi berbelanja atau jalan-jalan
keliling pasar dengan menyewa motor atau pun sepeda ontel.
Meskipun gaya hidupku cenderung tidak sehat seperti merokok
dan minum kopi namun aku suka berolah raga, tidak jajan sembarangan dan berhati-hati
dalam melakukan aktifitas yang berat seperti membangun pondok.
Terkadang aktifitas kami terlalu padat sehingga pada waktu
sekolah kami merasa kecapek’an dan cenderung untuk malas belajar pada waktu
sekolah. Terkadang suasana di dalam kelas seperti tidak ada orang karena mereka
pada tidur waktu guru mengajar di kelas hal ini aku antisipasi dengan membaca buku
yang seru dan pelajaran yang aku suka untuk menghilangkan kejenuhan di dalam kelas.
Meskipun kami santri namun kami tidak merasa ketinggalan
jaman. Aku pun mencoba-coba untuk memanjangkan rambutku dan meluruskannya seperti
para artis yang kelihatan keren dan cool “hehe”. Selera music anak santri juga tidak
sebatas music sholawat malah banyak dari mereka menyukai music Punk Rock takterkecuali aku. Terkadang saking sukanya banyak dari mereka membolos sekolah demi
menonton konser band kesukaan mereka. Mereka rela untuk berjalan berkilo-kilo
meter dan nebeng truk-truk besar untuk sampai ketujuan. Memang mereka pada dasarnya
anak nakal yang orang tua nya sudah lelah mendidik mereka lalu di buang ke pondok
pesantren. Untung saja meskipun aku anak nakal namun aku tidak suka untuk menyia-nyiakan
waktu untuk sesuatu yang tidak berguna.
Sudah hampir tiga tahun aku menuntut ilmu disini. Beberapa
bulan lagi aka nada ujian nasional. Kami mulai menentukan rencana kedepan akan meneruskan
kuliah, bekerja, mondok lagi, atau pun menikah.
Pada saat ada pengumuman SNMPTN jalur undangan anak-anak
berbondong-bondong untuk mendaftar. Aku merupakan anak yang beruntung bisa
mendaftar karena masuk peringkat sepuluh besar. Aku juga mencoba untuk mendaftar
bidik misi karena keluargaku tidak mampu namun aku urungkan niat ku karena persyaratannya
yang cukup membuatku pusing dan harus bolak balik pulang ke Sidoarjo untuk mengurusnya. Aku
hanya bisa pasrah kepada Allah dan senantiasa berdo’a agar keinginanku terkabul. tidak
hanya itu, ujian nasional juga turut membuatku tertekan. karena harus belajar ekstra, namun aku tidak begitu paham semua mata pelajaran terutama matematika, fisika dan
bahasa inggris. Tidak seperti temanku yang lain aku malah tidak meneruskan belajar
melainkan aku lebih mementingkan mengaji dan berdo’a karena kepentingan akhirat
lebih aku utamakan dari pada kepentingan
dunia, jadi semua hanya aku pasrahkan kepada Allah dengan penuh keyakinan “ya
Allah semunya aku pasrahkan kepadaMu dan aku akan menerima segala takdirMu”.
Ujian sudah berakhir dengan nilai yang lumayan memuaskan. Kini
tinggal penantian pengumuman SNMPTN Undangan. Ternyata banyak dari temanku yang
tidak lolos bahkan yang peringkatnya berada di atasku. Tanpa aku buka webnya aku
sudah pasrah menerima keadaan Aku menyuruh saudaraku untuk membukanya dan ternyata
Subhanallah, Alhamdulillah wasyukurillah, aku di terima sebagai mahasiswa Universitas
Brawijaya jurusan Agroekoteknologi. Awalnya aku merasa senang kemudian timbul
rasa cemas di hatiku. Apakah aku mampu untuk kuliah, lalu aku menanyakan kepada keluargaku
ternyata kakakku menyanggupi tapi hanya bisa membiayai awal saja untuk kedepannya
aku harus bertahan sendiri. Setelah itu kuputuskan tekadku untuk kuliah dan aku yakin
Allah akan selalu memberikan rezeki bagi pencari ilmu. Aku selalu berdo’a sepanjang malam. Akhirnya doaku terkabul, Aku tanpa mendaftar bidik misi langsng masuk ke dalam
daftar calon penerima bidik misi tahap kedua. Aku menangis seraya bersyukur kepada
Allah atas segala anugrah dan rizki yang telah Allah berikan kepadaku.
cerpen amatiran. hehehe