EMPAT MACAM MODEL SUPERVISI
(Sebut dan Jelaskan)
Paper halaqoh
Disajikan pada tanggal 14 juli 2012
Pengasuh:
Prof. DR Kyai H. Achmad Mudlor,SH.
Oleh:
Abdullah Mujahid
Mahasiswa Semester III
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
HALAQOH ILMIAH
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
JULI 2012
A.
PENDAHULUAN
Supervisi
merupakan pendidikan yang berupa bimbingan atau tuntunan kea rah perbaikan
situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada
khususnya. Pengertian supervisi
secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat
dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision
: Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang
terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai
kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah
melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi. Yang termasuk
supervisor misalnya kepala sekolah, penelik sekolah, dan para pengawas di
tingkatan kabupaten/kota madya, serta staf di kantor bidang yang ada di setiap
provinsi. Supervisi berkembang dan sekarang mempunyai empat macam model yaitu.[1]
1
Model
Konvensional
2
Model
Ilmiah
3
Model
Klinis
4
Model
Artistik
Ke empat model
supervisi tersebut akan di jelaskan pada bab selanjutnya.
B.
PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan model dalam
uraian ini ialah suatu pola, contoh : acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada
berbagai model yang berkembang.
(1)
Model supervisi yang konvesional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu
saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap
pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari
kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan
dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti
ini oleh Oliva P.F. (1984: 7) disebut snoopervision (memata-matai). Sering
disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi
kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif
hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud
hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan dengan
prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. akibatnya guru merasa tidak puas dan
ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guruyaitu Acuh tak acuh (masa bodoh) dan Menantang (agresif)[2]
(2)
Model
supervisi yangbersifat ilmiah.
Supervisi
yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
-
Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
-
Menggunakan instrument pengumpulan data.
-
Ada data yang obyektif yang diperoleh dari kesalahan yang
riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check
list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar
guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada
gury-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau
semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang
mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan
penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan
jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.[3]
(3)
Model Supervisi Klinis.
Supervisi
klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo, 1985
: 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan tingkah laku
mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan yang
bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar
melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk
usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi klinis (Clinical supervision)
sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber Education. Tekanan dalam
pendekatan di Havard School of bersifat khusus melalui tatap muka dengan
guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan penampilan dan perilaku
mengajar guru (Archeson dan Gall, 1980 :8).[4]
4. Model Supervisi Artistik
Dalam
bukunya Supervision of Teaching, Sergiovani Th.J
menyamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara
lain :
(1). Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak
mendengarkan daripada banyak berbicara.
(2). Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik
dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
(3). Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian
lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan peristiwa-peristiwa yang signifikan
yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
(4). Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian
lebih banyak proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu
tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat
ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
(5). Model artistik terhadap supervisi memerlukan laoran yang
menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas
dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
(6). Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa
dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat
membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan
itu.
(7). Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk
menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh
pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya.
(8). Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi
yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman
merupakan instrument yang utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu
diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.[5]
C.
KESIMPULAN
Supervisi
merupakan pendidikan yang berupa bimbingan atau tuntunan kea rah perbaikan
situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar pada khususnya. Dan sejauh ini terdapat empat pengembangan
model supervise yaitu: model konvensional, model ilmiah, model klinis, model artistic.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, 2008, Metode Dan Teknik Supervisi, Departemen Pendidikan Nasional.
suaidinmath.files.wordpress.com/2011/03/model-pendekatan.doc
[online 13 juli 2012]
[1] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan 2008:4
(y)
BalasHapus