Rabu, 09 Oktober 2013

DZIKIR TIDAK SEKEDAR REPETISI LISAN

1 februari 2013
Pengasuh: Prof. DR Kyai H. Achmad Mudlor,SH.
Oleh:
Abdullah Mujahid
Mahasiswa Semester IV
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
A.    PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan hambaNya dapat berdzikir kepadaNya. Jika bukan karena karunia dan anugerahNya niscaya tidak patut dan tidak layak kita berdzikir kepadaNya. Karena Allah sendiri yang menisbatkan dzikir ini kepada kita dan menjadikan kita terasa di sisi Allah. Maka dengan demikian Allah telah menyempurnakan ni’matnya kepada kita semua.Jangan meninggalkan zikir, kerana engkau belum selalu ingat kepada Allah di waktu berzikir, kelalaianmu terhadap Allah ketika tidak berzikir lebih berbahaya daripada kelalaianmu terhadap Allah ketika kamu berzikir. Maka patutlah kita bersyukur kepadanya.[1]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.(Al Ahzab:41)
Tentu setiap orang mendabakan ketenangan hati dan pikiran, tidak ada konflik batin dan pikiran tidak ada konflik batin dalam hidupnya, bisa tetap tegar, kuat, sabar, tawakal, dan tetap dapat tersenyum walaupun sedang dihimpit berbagai macam persoalan hidup yang berat dan berada dalam berbagai ketidak- mungkinan.
Kita semua mengakui bahwa hati, pikiran, dan kehidupan kita setiap saat dapat berubah dengan cepat, yang kadang tanpa bisa kita kendalikan perubahannya, maka  membawakan kita pada suatu keadaan, baik itu keadaan yang menyenangkan atau kadang membawa kita pada keadaan yang tidak menyenangkan.
Sebenarnya itu dapat kita atasi dengan suatu amalan yang sangat mudah kita lakukan, di mana saja, kapan saja, setiap saat, setiap waktu, yaitu zikir. mengapa zikir karena, dengan membiasakan hidup berzikir, kita akan mendapatkan ketenangan, bahkan saat yang paling sulit sekalipun dengan berzikir kita akan mempunyai keyakinan yang mendalam terhadap janji-janji Allah, dan hal tersebut akan membuat kondisi mental kita menjadi sangat mantap dan setabil dalam menghadapi situasi apapun.
Dalam Ayat Al-Qur’an tersebut Allah memerintahkan kita untuk berdzikir dan kebanyakan orang awam mengartikan dzikir sebagai repetisi dari lisan biasanya dengan mengucap kalimat-kalimat thoyyibah seperti tasbih, tahmid dan tahlil. Namun pada kenyataannya dzikir tidak hanya sekedar repetisi lisan namun juga dapat dilakukan oleh hati dan anggota tubuh lainnya dan pada pembahasan akan di terangkan lebih lanjut mengenai dzikir.

B. PEMBAHASAN
Ø  Pengertian Dzikir dan Repetisi
 Sebelum berbicara mengenai apa itu zikir, terlebih dahulu dilihat dari definisi masing-masing, zikir ditinjau dari segi bahasa (Lughatan) atau etimologi, adalah mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah. Menurut syaikh Ahmad Fathani mengatakan zikir asal mulanya diartikan bersih (As-shafa),Wadahnya adalah menyempurnakan (Al-wafa), dan syaratnya adalah hadir dihadiratNya (Hudhur), harapannya adalah amal shaleh, dan hasiatnya adalah terbukanya tirai rahasia atas kedekatanya kepada Allah SWT.[2]
Zikir berasal dari pecahan kata dzakara, yadhkuru, dkiran Dari kata tersebut secara bahasa (lughat) memiliki beberapa arti, seperti : meyebut, mengingat, menuturkan, menjaga, memperhatikan, mengenang, mengenal, mengambil pelajaran dan seterusnya.[3]
Zikir artinya mengingat (recollection).Adapun yang dimaksud di sini adalah mengingat Allah, Tuhan pencipta alam. Biasanya zikir dihubungkan dengan menyebut-nyebut nama Allah. Tetapi dalam artinya yang lebih umum, tindakan atau perbuatan apapun yang bisa mengingatkan kita kepada sang pencipta adalah zikir. Oleh karena itu, dalam arti ini zikir bisa mengambil bentuk menyebut-nyebut nama Allah, tadabbur, dalam arti mengeksplorasi ciptaan Tuhan, dan tafakkur, dalam arti merenungkan segala ciptaan, kebaikan dan keagungan Tuhan yang ditemukan di dalamnya, sejauh kegiatan-kegiatan tersebut bisa mengingatkan pelakunya kepada Allah.[4]
Repetisi dalam kamus bahasa indonesia adalah ulangan (pelajaran); latihan; gaya bahasa yg menggunakan kata kunci yg terdapat di awal kalimat untuk mencapai efek tertentu dalam penyampaian makna ulangan.Repetisi merupakan bahasa serapan dari repeat yang berarti mengulang atau melatih, jadi dari judul tersebut  dapat diartikan bahwa dzikir bukan hanya sebagai pengulangan lisan.[5]
Ø  Dzikir tidak sekedar repetisi lisan
Dzikir tidak sekedar repetisi lisan yaitu dalam mengingat Allah kita tidak hanya mempraktekannya sebatas pengulangan atau melatih lisan saja namun juga di lakukan dengan hati dan jiwa raga. Karena dalam berdzikir tidak cukup menggunakan lisan tanpa ke terlibatan hati dan jiwa raga, seperti perkataan ibnu Atho’dalam kitab Al-Hikam
وَفِكْر شُهُوْدٍ بَاطِنِ عَنْ اِلاَّ ذِكْرٍ ظَاهْرُ مَاكَانَ
 Tidak akan terjadi (terlahir) zikir kecuali timbul dari pemikiran dan penglihatan bathin”.
Memang zikir bukan hanya sekedar bunyi yang timbul dari ucapan bibir dan lidah, akan tetapi ia lahir dari suara hati dan batin para hamba Allah yang menghidupkan dzikirnya. Dzikir itu walaupun ibadah sunat, akan tetapi ia sangat utama, bahkan sesuatu yang besar dan berbekas. Berdzikir adalah pengakuan yang diucapkan dengan hati dan lisan akan keagungan Allah Swt.[6] Bibir, lidah dan hati berpadu menjadi satu, bergerak secara rutin membunyikan asma Allah dengan hati dan lisan, sehingga terbukalah pengelihatan batin dan senantiasa dekat kepada Allah. Oleh karena itu dzikir memiliki 3 macam yaitu dzikir lisan, dzikir qolbi dan dzikir amali. Sedangkan dalam tingkatannya dzikir juga di bagi 3 yaitu dzikir jali, dzikir khofi dan dzikir haqiqi.4
Meskipun dzikir tidak sekedar repetisi lisan namun, peranan dzikir lisan sangatlah penting terutama bagi orang muslim awam atau seorang salik. Meskipun dzikir lisan tidak di barengi dengan hadirnya hati namun hal ini di maksudkan untuk mendorong agar hatinya hadir menyertai ucapan-ucapan lisan itu dan dzikir ini di kategorikan sebagai dzikir jali.
Dalam kiab ihya’ulumuddin di tuliskan. Adapun dzikir dengan lisan dan hati itu lalai, adalah sedikit manfaatnya. Dalam beberapa hadits ada pula, yang menunjukkan kepada yang demikian. Kehadiran hati pada sekejap waktu dengan dzikir dan lengah dari mengingat Allah 'Azza wa Jalla dan sibuk pula dengan dunia, adalah sedikit manfaatnya. Dzikir itu memiliki awal dan akhir. Awalnya, mewajibkan jinak hati dan cinta. Akhirnya, mewajibkan: jinak hati dan cinta. Dan timbullah darinya - dan itulah yang dicari - jinak hati dan cinta.[7]
Adapun faedah zikir itu ada lima, yaitu:
a. Berisi bukti ridla Allah.
b. Meningkatkan aktivitas taat.
c. Selama zikir dilindungi dari gangguan syetan.
d. Hati menjadi lunak.
e. Terpelihara dari laku ma’siat.
Dan apabila telah menyatu antara dzikir lisan dan dzikir qolbi, maka terciptalah manusia dalam suatu keadaan yaitu syukur seperti firman Allah:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.(Al-Baqarah: 152)


Ø  Macam-macam Dzikir
Ø  Dzikir Lisan
Dzikir lisan adalah menyebut nama Allah dengan berhuruf dan bersuara. Dzikir ini sukar melakukannya terus menerus karena banyak kesibukan yang mengganggu. Seperti bekerja mencari nafkah, mengatur pendidikan anak, membersihkan rumah dan lain-lain yang dapat melengahkan dzikir lisan tersebut.
Q.S. Al Ahzab: 41-42
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرً ا.
وَأَصِيلًا بُكْرَةً وَسَبِّحُوهُ

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.
Dzikir ini biasanya dilakukan dengan mengucap kalimat-kalimat thoyyibah seperti tasbih, tahmid dan tahlil juga membaca Al Qur’an. Namun pada kenyataannya dzikir tidak hanya sekedar repetisi lisan namun juga dapat dilakukan oleh hati dan anggota tubuh lainnya dan pada pembahasan akan di terangkan lebih lanjut mengenai dzikir
Zikir kepada Allah dengan lisan tanpa diiringi zikir dengan hati, nilainya sangat kurang,  bagaikan jasad tanpa ruh. zikir kepada Allah dengan lisan adalah mengucapkan dengan semua perkataan untuk mendekatkan kepada Allah. Yang tetinggi adalah uacapan ‘Lailaha illallahu’.8

Ø  Dzikir Qolbi
Dzikir dengan hati ialah mengingat Allah dalam hati, dan di sebut juga Dzikr bil jinan.  Dzikir kepada Allah dengan hati, ialah menghadirkan kebesaran dan keagungan Allah di dalam diri dan jiwanya sendiri sehingga mendarah daging dan tidak dengan suara. Dzikir dengan hati lebih mudah di lakukan dari pada dzikir dengan lisan dan lebih terhindar dari hal yang dapat menghambat nya  karena tidak terikat waktu dan dapat di lakukan setiap saat.Dalam Surat Al A’raf: 205
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.(Al A’raf:205)
Sifat zikir dengan hati adalah bertafakur terhadap ayat-ayat Allah, mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, kembali kepadaNya, takut kepadaNya dan bertawakkal kepadaNya serta amalan-amalan hati lainnya.
Zikir Qalbu atau hati, disebut juga zikir: Asal dan kebesaran, ucapannya Allah, Allah. Caranya mula-mula mulut berzikir Allah, Allah, diikuti hati, kemudian dari hati ke mulut, lalu lidah berzikir sendiri, terus dengan zikir tanpa sadar kekuasaan akal tidak berjalan melainkan sebagai ilham yang datang secara tiba-tiba, nur Ilahi terbit dalam hati memberitahukan: “Innani Anallah” (Aku ini Allah), yang baik ke mulut hingga lidah bergerak sendiri mengucapkan: Allah, Allah, Allah. Pada tingkat ini zikir meresap terus pada diri, di mana zikir sudah terasa panasnya di seluruh bagian tubuh, sehingga kadang-kadang terjadilah jadzab. Zikir ini adalah makanan utama hati, karena ia bergerak-gerak, Allah, Allah dalam hati. Zikir Qalbu ini dapat juga disebut zikir “ismu dzat” karena ia langsung berzikir dengan menyebut nama Dzat.6
Ø  Dzikir jawarih
Dzikir jawari atau dzikir amali yaitu dzikir dengan anggota tubuh berupa keadaan seluruh jiwa raga tenggelam dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Q.S An-Nisa’ : 103
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚفَإِذَااطْمَأْنَنْتُمْفَأَقِيمُواالصَّلَاةَۚإِنَّالصَّلَاةَكَانَتْعَلَىالْمُؤْمِنِينَكِتَابًا مَوْقُوتًا
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Juga dalam surat Ali Imran :191
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Ali Imran: 191)

zikir kepada Allah dengan perbuatan adalah setiap perbuatan yang mendekatkan kepada Allah seperti menunaikan shalat, ruku', sujud, jihad (berperang di jalan Allah), zakat. Semuanya adalah zikir kepada Allah, karena ketika anda menunaikannya menjadikan anda taat kepada Allah, ketika itulah dzikir dengan perbuatan.
Apa bila telah bekerjasama antara lisan (lidah) dan qalbi (hati) dalam hal zikir ini sangatlah baik, sebab bilamana seseorang telah mengamalkan dan melakukannya dengan disiplin, dengan sendirinya akan meningkat menjadi zikir “a’dla’a”, artinya seluruh badannya akan terpelihara dari berbuat ma’shiyat karena zikir pada Allah. Bagi seseorang yang hatinya telah bening dan jernih akan dapat mengontrol anggota badannya untuk tetap berdisiplin, ucapannya akan sesuai dengan perbuatannya, lahiriyahnya akan sesuai dengan bathiniyahnya.[8]
sebagian ulama mengatakan dzikir dengan anggota tubuh itu ada 7 yaitu:
1. dzikir mata dengan melihat tanda-tanda kebesaran Allah
2. dzikir dengan telinga dengan mendengarkan yang baik-baik
3. dzikir lidah dengan memuji Allah
4. dzikir tangan dengan memberi sedekah
5. dzikir badan dengan menunaikan kewajiban.
6. dzikir hati dengan takut dan berharap
7. dzikir roh dengan penyerahan diri kepada Allah.[9]

Ø  Tingkatan Dzikir

Ibnu Atho, seorang sufi yang menulis Al Hikam (kata-kata hikmah) membagi dzikir kepada tiga bagian: yaitu dzikir jali (Dzikir jalas / nyata), dzikir khofi (dzikir yang samar-samar) dan dzikir hakiki (dzikir yang sebenar-benarnya).
1.      Dzikir jali ialah suatu perbuatan mengingat Allah swt dalam bentuk ucapan-ucapan lisan yang mengandung arti pujian, rasa syukur, dan do’a kepada Allah swt.yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. Misalnya dengan membacakan tahlil (mengucapkan kalimat la ilaha illa Allah = tiada Tuhan selain Allah), tasbih( mengucapkan kalimat Subhana Allah = Maha Suci Allah), takbir (mengucapkan kalimat Allahu akbar = Allah Maha Besar), membaca Al Qur’an atau do’a lainnya. Mula-mula dzikir ini diucapkan lisan, mungkin tanpa dibarengi ingatan hati.Hal ini biasanya dilakukan oleh orang awam (orang kebanyakan).Tapi hal ini dimaksudkan untuk mendorong agar hatinya hadir menyertai ucapan-ucapan lisan itu.

Dzikir kali ini ada yang sifatnya Muqoyyad (terikat) dengan waktu, tempat, atau amalan tertentu lainnya. Misalnya ucapan-ucapan dalam shalat, ketika melakukan ibadah haji, do’a-do’a yang diucapkan ketika akan makan, akan tidur, bangun tidur, pergi keluar rumah, mulai bekerja, mulai belajar, melihat teman berbaju baru dan sebagainya. Banyak Al Qur’an yang isinya perintah dari Allah swt agar manusia senantiasa berdzikir mengingat Allah swt. Beberapa diantaranya ialah Surat An Nisa ayat 103
 فَاِذَاْقَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُااللهَ قِيَامًا وَقُعُوْدًا وَعَلَىْ جُنُوْبِكُمْ فَاِذَاْ اِطْمَأنَنْتُمْفاَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَاِنَّ الصَّلاَةَ كَاْنَتْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ كِتَاباً مَوْقٌوْتاً                 
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah diwaktu berdiri,diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring.Kemudian apabila kamu telah merasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa. Sesungguhnya shalat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Surat Al Maidah ayat 4

: ......وَاذْكُرُواْ اْسمَ اللهِ عَلَيْهِ وَاتَّقَُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ سَرِيعُ الحِسَابِ...
“……Dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya” .

Surat Al Hajj ayat 36
:..........فاَذْ كُرُوْا اسْمَ الله ِعَلَيْهَا صَوَّافَ.......     
“Maka sebutlah Nama Allah  sambil berdiri”.

Surat al Jum’ah ayat 10

وَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلَوةُ فَانْتَشِرُواْ فِيْ الاَرْضِ وَابْتَغُواْ مِنْ فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرَواْ اللهَ كَثِيْرًا لَعَلَّكُمْ  تُفْلِحُونْ. .
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah  kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah, dan ingatlaah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” .

Dzikir jali yang sifatnya mutlak atau tidak terikat dengan waktu dan tempat misalnya mengucapkan tahlil, tasbih dan takbir dimana saja dan kapan saja.

2.      Dzikir khafi adalah Dzikir yang dilakukan secara khusyu’ oleh ingatan hati baik disertai Dzikir lisan ataupun tidak.Orang yang sudah mampu melakukan Dzikir seperti ini hatinya merasa senantiasa memiliki hubungan dengan Allah swt.Ia selalu merasakan kehadiran Allah swt kapan dan dimana saja. Didalam dunia sufi terdapat ungkapan bahwa seorang sufi ketika melihat suatu benda apa saja, yang dilihatnya bukan benda itu, tetapi Allah swt. Artinya bukan berarti benda itu Allah swt tetapi pandangan hatinya jauh menembus melampaui pandangan matanya.Ia melihat bukan saja benda itu tetapi juga menyadari akan adanya khalik yang menciptakan benda itu.
3.      Tingkatan yang paling tinggi ialah dzikir hakiki, yaitu dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniyah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa dari kalangan Allah swt dan mengerjakan apa yang diperintahkanNya. Selain itu tiada yang diingat selain Allah swt.Untuk mencapai tingkatan dzikir hakiki ini perlu dijalani latihan-latihan mulai dari tingkat dzikir jali dan dzikir khafi.[10]

C. KESIMPULAN
Dzikir berasal dari pecahan kata dzakara, yadhkuru, dkiran Dari kata tersebut secara bahasa (lughat) memiliki beberapa arti, seperti : meyebut, mengingat, menuturkan, menjaga, memperhatikan, mengenang, mengenal, mengambil pelajaran dan seterusnya.Dzikir artinya mengingat (recollection). Adapun yang dimaksud di sini adalah mengingat Allah, Tuhan pencipta alam.
Dzikir tidak hanya sekedar repetisi lisan karena memang zikir bukan hanya sekedar bunyi yang timbul dari ucapan bibir dan lidah, akan tetapi ia lahir dari suara hati dan batin para hamba Allah yang menghidupkan dzikirnya. Oleh karena itu dzikir memiliki 3 macam yaitu dzikir lisan, dzikir qolbi dan dzikir amali. Sedangkan dalam tingkatan Dzikir menurut Ibnu Atho, seorang sufi yang menulis Al Hikam (kata-kata hikmah) dzikir juga di bagi 3 yaitu dzikir jali (Dzikir jalas / nyata), dzikir khofi (dzikir yang samar-samar) dandzikir hakiki (dzikir yang sebenar-benarnya).
Dan apabila telah menyatu antara dzikir lisan dan dzikir qolbi, maka terciptalah manusia dalam suatu keadaan yaitu syukur.



DAFTAR PUSTAKA
Agus Mustofa, 2006, Dzikir Tauhid, ----- Padma Press, Cet. 3.
Anonim, 2013. “Studi makna Dzikir Dalam Kepribadian” http://wisblog-wisblog.blogspot.com/2011/06/study-makna-dzikir-dalam-kepribadian.html.

Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Semarang, CV. Asy-Syifa, 1994.
Mafa, Mujaddidul Islam. 2009 “ Menyibak Kedasyatan Zikir” , Surabaya: Lumbung Insani
Nawawi, Ismail. 2008, “ Risalah Zikir Dan D’oa “ , Surabaya: Karya  Agung       
Shoubari, M. “Asmaul Haq Jalan Menuju Allah”. Jombang: Mancar Timur
Syekh Ahmad Ibnu Ataillah, Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam, Surabaya, Mutiara Ilmu, 1995, Cet. 1.
Yoga, 2011 Mutiara Al Hikam http://yogaalfaiznurdinsetiawan.blogspot.com /2011/01/mutiara-al-hikam .html


[1]Yoga, 2011 Mutiara Al Hikam http://yogaalfaiznurdinsetiawan.blogspot.com/2011/01/mutiara-al-hikam.html

[2]Nawawi, Ismail. 2008:104, “ Risalah Zikir Dan D’oa “ , Surabaya: Karya  Agung
[3]Mafa, Mujaddidul Islam. 2009:18, “ Menyibak Kedasyatan Zikir” , Surabaya: Lumbung Insani
[6] Syekh Ahmad Ataillah, Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam, Surabaya, Mutiara Ilmu, 1995, Cet. 1.
[7] Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Semarang, CV. Asy-Syifa, 1994.

[8] Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, ----- Padma Press, 2006, Cet. 3.
[9]Shoubari, M. 2010:57. “Asmaul Haq Jalan Menuju Allah”.jombang:Mancar Timur
[10]Ibrahim,Dzikir thoriqot Tijani, http://www.cheikh-skiredj.com/Zikir-Tijani-Ustadz-Ibrahim.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas masukannya