Selasa, 15 Oktober 2013

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)


Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)
Effect of Liquid Organic Fertilizer on Growth and Production of Potato (Solanum tuberosum L.)


Tanaman kentang (Solanum tuberosum ) adalah termasuk  tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk,  juga  akibat  perubahan pola konsumsi di beberapa Negara berkembang. Kebutuhan kentang yang semakin meningkat, akibat pertambahan jumlah penduduk, makin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi dan makin meluasnya pendayagunaan produksi kentang untuk berbagai bahan   makanan, baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan. Sejalan dengan kebutuhan kentang yang semakin meningkat ini berbagai kalangan terutama peneliti dan akademisi mulai meneliti tentang upaya peningkatan produksi agar diperoleh produksi kentang yang optimal (Rukmana, 1997).

Artikel Ilmiah Bahasa Indonesia



Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)



Effect of Liquid Organic Fertilizer on Growth and Production of Potato (Solanum tuberosum L.)






OLEH:
Abdullah Mujahid
115040201111159
Kelas: L1
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman kentang (Solanum tuberosum ) adalah termasuk  tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk,  juga  akibat  perubahan pola konsumsi di beberapa Negara berkembang. Kebutuhan kentang yang semakin meningkat, akibat pertambahan jumlah penduduk, makin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi dan makin meluasnya pendayagunaan       produksi kentang untuk berbagai bahan   makanan, baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan. Sejalan dengan kebutuhan kentang yang semakin meningkat ini berbagai kalangan terutama peneliti dan akademisi mulai meneliti tentang upaya peningkatan produksi agar diperoleh produksi kentang yang optimal (Rukmana, 1997).
Unsur hara merupakan salah satu factor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang yang optimal. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kentang sudah sangat membudaya dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dan cara pemupukan sebagai salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya (Anonimous a. 2007). Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produkstivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relative lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah         menjadi  cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan          produktivitas tanaman (Indrakusuma, 2000).
Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsure makro dan mikro meskipun dalam  jumlah sedikit (Prihmantoro, 1996). Penggunaan pupuk kandang atau kompos selama ini diyakini dapat mengatasi permasalahan yang di timbulkan oleh pupuk anorganik. Pupuk kandangatau kompos disamping mempunyai kelebihan juga masih banyak kekurangannya. Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu Pupuk Organik Cair. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran           ternak, kompos, limbah alam, hormon  tumbuhan dan  bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama4 bulan. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif  pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000). Dalam penelitian ini akan digunakan pupuk organic cair  yang berbeda konsentrasinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang (S. tuberosum) sehingga diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan             dan produksinya dan diharapkan pemberian  pupuk  organik  cair ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kentang.


   1.2  Tujuan
1.   Untuk mengetahui parameter pertumbuhan.
2.   Untuk mengetahui tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman.
3.   Untuk mengetahui parameter produksi
4.   Untuk mengetahui hasil pengamatan factor lingkungan



BAB II
METODOLOGI

Penelitian mengenahi pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi kentang (Solanum tuberosum L.) dilakukan di kebun penelitian di Desa Getasan, Salatiga , dilaksanakan bulan Mei Agustus 2001. Bibit kentang yang digunakan adalah kentang varietas granola yang didapatkan dari petani di dataran tinggi Dieng kecamatan Batur Banjarnegara.
Pada penelitian ini menggunakan pupuk organik cair Supra yang diproduksi oleh PT Surya Pratama Alam Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan rancangan acak lengkap dengan faktor      tunggal. Perlakuan berupa pupuk organik cair dengan lima macam konsentrasi yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l. ang disiramkan langsung pada tanaman percobaan. Masing- masing konsentrasi diulang tiga kali. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan analisis varian pada tingkat signifikasi 5%.Gomez.A. 1980)
2.1 Pengolahan Lahan

Lahan yang akan ditanami kentang dicangkul sedalam 20-40 cm, kemudian dibiarkan selama 10 hari. Lahan yang digunakan seluas 10m x 15m = 150m2., dibuat bedangan dan selokan untuk irigasi. Bedengan  berupa  blok-blok  bujur  sangkar 40cm x 40cm, tinggi 30cm dan jarak antar blok 20 cm.Setelah   pembuatan   blok selesai,  tanah  di  kapur  dengan  dolomite sebanyak 1,2 g/tanaman
2.2 Penanaman dan Pemeliharaan

Pemberian pupuk organic cair dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 1kali penyiraman ke tanah yang dilakukan satu hari sebelum tanam dan 3 kali penyemprotan ke daun yang dilakukan pada waktu tanaman kentang berumur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam. Jumlah pemberian pupuk organic cair untuk satu kali perlakuan sebanyak 200 ml setiap tanaman.
Penanaman dilakukan dengan cara meletakkan umbi bibit kentang kedalam lubang dengan kedalaman 10 cm dengan posisi tunas umbi bibit kentang menghadap ke atas dan lubang ditutup kembali dengan tanah. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, pemasangan ajir/penopang tanaman dan pemangkasan batang. Pengairan dilakukan tergantung cuaca dan keadaan tanah. Penyiangan dilakukan pada waktu kentang berumur 1 bulan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan. Pemasangan ajir  dilakukan tiga minggu setelah tanam, pemangkasan batang dilakukan 10 hari sebelum panen. Pengendalian hama dan penyakit mulai dilakukan bila telah terdapat tanda-tanda serangan hama dan gejala penyakit. Interval penyemprotan  disesuaikan  dengan kondisi tanaman yaitu antara 2 hari sampai 7 hari sekali.
2.3 Pemanenan

Pemanenan kentang dilakukan pada waktu tanaman berumur 100 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar guludan dengan cangkul kemudian umbi dikumpulkan dan dipisahkan dari umbi-umbi yang busuk. Umbi dibiarkan beberapa saat agar terkena sinar matahari, baru umbi dimasukkan ke dalam wadah penampung yaitu karung. Pada waktu pemanenan dilakukan pengamatan terhadap parameter  pertumbuhan yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan kering tanaman kentang; serta parameter  produksi yang meliputi jumlah an diameter umbi serta berat basah dan berat kering umbi, serta parameter lingkungan atau pendukung yang berupa suhu dan kelembaban yang diukur setiap 3 hari sekali, serta pH tanah yang diukur pada awal dan akhir penelitian.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Parameter Pertumbuhan
Dari penelitian yang telah dilaksanakan mengenai pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi kentang (Solanum tuberosum L)   dapat dikemukakan data-data dalam Tabel-1 sampai Tabel-3 sebagai berikut berikut :
Tabel -1. Data Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Berat Basah dan Berat Kering
Tanaman Kentang umur 100 hari setelah tanam.

Parameter
Perlakuan
PO
P1
P2
P3
P4
Rerata                   tinggi tanaman (cm)
 41,36a
 45,86a
46,78a
46,36a
47,18a
Rerata  jumlah  daun
(helai)
 196,00a
 204,80a
227,20a
289,60ab
344,00b
Rerata   berat   basah tanaman kentang (g)
 382,96a
 459,62ab
530,94abc
608,42bc
650,88c
Rerata  berat  kering
tanaman kentang (g)
 64,94a
 65,38a
65,48a
72,58a
77,90a
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata dalam uji Duncan 5 %.
Tabel-2. Data Rerata Jumlah Umbi, Diameter Umbi, Berat Basah dan Berat Kering
Umbi Kentang.
Parameter
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Rerata jumlah umbi
10,60a
11,60a
11,20a
11,80a
12,80a
Rerata diameter umbi (cm)
3,29a
3,56a
3,76ab
4,66bc
4,93c
Rerata   berat   basah   umbi kentang (g)
328,4a
395,72ab
460,78abc
548,54bc
578,32c
Rerata  berat  kering  umbi kentang (g)
51,80a
58,44a
55,34a
61,62a
80,12a
Keterangan:  Angka-angka  pada  baris  yang  sama  dan  diikuti  oleh  huruf  kecil  yang  sama, menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata dalam uji Duncan”s 5 %.

Tabel -3. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban udara selama penelitian

Komponen
Kisaran
Rerata
Suhu  oC
25,3 27,6
26,5
Kelembaban %
79,7 85,0
82,4


Hasil  analisis data tinggi tanaman kentang seperti yang tercantum pada Tabel-1 terlihat bahwa nilai F Hitung < F Tabel. Analisis Duncan’s 5 % menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic cair dengan konsentrasi 0 ml/l, 2ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Hal ini berarti pemberian pupuk organik cair dari masing-masing konsentrasi perlakuan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kentang.
3.2 Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman
Pemberian pupuk organik cair dengan berbegai yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l terhadap parameter tinggi tanaman memberikan hasil yang berbeda tidak nyata.  Penambahan  tinggi tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur- angsur menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu  laju pemanjangan batang yang maksimum yaitu pada minggu kedelapan yang akhirnya laju pemanjangan batang konstan hingga minggu kesebelas. Hasil penelitian yang dicapai pada perlakuan 0 ml/l (41,36) hingga perlakuan 4 ml/l (47,18) menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kentang. Hal ini diperkuat dengan uji Duncan’s yang menunjukkan perbedaan yang nyata masing-masing pemberian pupuk cair.
Respon perlakuan terhadap  jumlah daun terhadap pemberian pupuk organic cair terlihat berbeda nyata pada konsentrasi 4 ml/l. Pemberian pupuk organic cair dapat meningkatkan jumlah daun  dari  196  helai pada tanaman tanpa pupuk organik cair menjadi 344 helai daun. Penambahan tinggi tanaman    dan jumlah daun Solanum tuberosum ini diduga diperkirakan bahwa pemberian pupuk organic cair dapat menyebabkan terdorongnya atau terpacunya sel diujung batang untuk segera mengadakan pembelahan dan perbesaran sel trutama  di  daerah  meristematis.  Hal  ini sesuai dengan pendapat Bonner & Galston (1951) yang mengatakan bahwa  pembelahan secara antiklinal dan periklinal dan perbesaran sel meristematis di ujung batang, meskipun laju kecepatannya tidak sama.  Anonim-b  (2007)  dan  Anonim-c yang  mengatakan bahwa pemberian pupuk organik cair yang mengandung unsur N, P, K, Mg dan Ca) akan menyebabkan terpacunya sintesis dam pembelahan dinding sel secara antiklinal sehingga akan mempercepat pertambahan tinggi tanaman
Anonim-b (2007) dan Lakitan (1996) mengatakan bahwa  adanya  perbedaan laju pertumbuhan dan aktivitas jaringan meristematis yang          tidak sama, akan menyebabkan perbedaan laju pembentukan yang tidak sama pada organ yang terbentuk. Selain itu pemberian pupuk organic cair yang lengkap kandungan haranya, akan menyebabkan laju pertumbuhan yang sintesisis yang berbeda (Indrakusuma.200I.). Oleh penulis yang sama dan Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa pupuk organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Poerwowidodo (1992)  menyatakanbahwa protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro tersebut berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis       tersebut akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun.
Pemberian pupuk oranik cair pada tanaman S. tuberosum ini diperkirakan akan mempercepat          sintesis asam amino dan protein sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat Rao  (1994)  dan Purwowidodo (1992) yang mengatakan bahwa pupuk organik cair mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel. Oleh penulis yang sama dikatakan bahwa unsur  Fosfor  berperan  dalam menyimpan dan memindahkan energi untuk sintesis karbohidrat, protein, dan proses fotosintesis. Senyawa-senyawa hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk senyawa organik yang kemudian dibebaskan dalam bentuk ATP untuk pertumbuhan tanaman. Asam humat dan asam fulfat serta zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam pupuk organik     cair akan mendukung dan mempercepat  pertumbuhan  tanaman  (Rao,1994 dan Poerwowidodo (1992 ).
Berat basah tanaman    merupakan berat tanaman  pada  saat  tanaman  masih hidup dan ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum tanaman menjadi layu akibat kehilangan air (Lakitan, 1996). Respon tanaman kentang terhadap pemberian pupuk organik       cair memberikan hasil yang meningkat pada konsentrasi 3 ml/l (608,42) dan 4 ml/l (850,88). Hal ini disebabkan karena pupuk organik cair  yang diberikan mampu mampu memacu metabolisme pada tanaman kentang. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk organik cair berperan sebagai penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium berperan dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan perkembangan daun. Akibatnya tingkat absorbsi unsur hara  dan  air  oleh  tanaman sampai batas optimumnya yang akan digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan          diferensiasi sel. Kalium mengatur kegiatan membuka dan menutupnya stomata Pengaturan stomata yang optimal akan mengendalikan transpirasi tanaman  dan meningkatkan reduksi karbondioksida yang akan  diubah  menjadi  karbohidrat.  Unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair akan meningkatkan aktivitas fotosintesis tumbuhan sehingga meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan sebagai cadangan makanan (Poerwowidodo,1992).
Pemberian pupuk organic cair dengan konsentrasi 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l, dan  4  ml/l  tidak  signifikan terhadap berat kering tanaman kentang. Berat kering tanaman merupakan resultan dari tiga proses yaitu          penumpukan asimilat melalui fotosintesa, penurunan asimilat akibat respirasi dan akumulasi ke bagian cadangan makanan (Anonim-b. 2007). Gardner (1991) mengatakan bahwa berat kering tumbuhan adalah keseimbangan antara pengambilan CO2  (fotosintesis) dan pengeluaran CO2 (respirasi). Apabila respirasi lebih besar disbanding fotosintesis tumbuhan itu  akan berkurang berat keringnya. Pupuk organik cair mengandung unsur hara kalium dan kalsium     yang  akan      meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar lateral sehingga mempengaruhi kemampuan tanaman kentang dalam menyerap air. Hal ini menyebabkan tanaman kentang dengan perlakuan berbeda akan menyerap air dengan jumlah yang berbeda-beda yang selanjutnya air akan menguap pada saat proses pengeringan.

3.3 Parameter Produksi
Hasil data jumlah umbi kentang seperti yang tercantum  pada lampiran  05 dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tabel. Analisis tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic cair dengan konsentrasi 0 ml/l,  1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l memberikan hasil yang berbeda tidak nyata.
3.4 Jumlah Umbi, Diameter Umbi, berat Basah Umbi dan Berat Kering Umbi
Pemberian pupuk organic cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi.  Pemupukan  dengan  pupuk  organik cair dengan konsentrasi I ml/l (11,60), 2 ml/l (11,20), 3 ml/l (11,80) dan 4 ml/l (12,60) menghasilkan jumlah umbi  yang tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan dari tanaman          control.  Jumlah umbi yang terbentuk merupakan respon dari ukuran umbi bibit yang digunaan. Umbi bibit yang berukuran kecil dan seberat 30 gram dalam perkembangannya akan menghasilkan umbi yang berukuran besar dengan jumlah sedikit. Fisher (1992)  menyatakan bahwa permukaan  umbi  dan  jumlah  mata  tunas akan mempengaruhi pertumbuhan tunas batang yang selanjutnya mempengaruhi jumlah umbi yang terbanyak.
Respon tanaman pada diameter umbi  terhadap  pemberian  pupuk  organik cair dengan konsentrasi 1 ml/l (3,56) dan 2 ml/l (3,76) belum memperlihatkan respon yang berbeda dari perlakuan control. Respon tersebut baru bampak apabila konsentrasi ditingkatkan  menjadi 3 ml/l  (4,66)  dan  4 ml/l (.4,93). Hal ini diperkuat pula dengan uji Duncan’s 5% yangmenunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Diameter umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan yang terjadi pada semua sel umbi, tetapi laju pembelahan dan pembesaran sel tidak seragam pada semua bagian umbi Lakitan (1996) menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas fotosintat yang dipasok dari tajuk tanaman.
Pemberian pupuk organic cair berpengaruh terhadap diameter umbi karena mengandung asam humat dan asam fulfat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hendrinova. 1990 yang mengemukakan kalau pembesaran umbi pada tanaman kentang diduga berkaitan langsung dengan terjadinya perubahan kondisi fisik tanah terutama dalam granulasi tanah sehingga akan memberikan ruang untuk pembelahan dan pembesaran sel sehingga umbi dapat berkembang lebih besar.
Respon tanaman kentang dalam hal berat   basah   umbi   terhadap   pemupukan pupuk organik cair sejalan dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan jumlah daun. Jumlah daun yang disertai penampakan daun yang berwarna hijau menandakan adanya kandungan klorofil yang dapat menghasilkan fotosintat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi berat basah umbi. (Salisbury & Ross. 1995). Berat basah umbi kentang setelah pemberian pupuk organic cair dengan konsentrasi 3 ml/l (548,54)dan 4 ml/l (578,32) memberikan hasil berat basah tertinggi dibandingkan dosis lainnya dan berbeda nyata dengan konsentrasi 0 ml/l (328,84) dan 1 ml/l (395,72). Peningkatan berat basah ini disebabkan adanya perbaikan pada sifat fisik dan kimia tanah oleh kerja pupuk organik cair, seperti efisiensi pupuk kimia, perbaikan aerasi tanah, peran humus dalam daya     sangga dan peningkatan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terkandung dalam      pupuk organik cair menghasilkan pengaruh yang komplek terhadap pembentukan dan produksi karbohidrat. Unsur  hara fosfor merupakan bahan penyusun   ATP yang dibutuhkan untuk mereduksi CO2 menjadi senyawa organic yang mantap sehingga akan mengasilkan biomasa umbi. Oleh  Anonim- b. 2007 dan Longman, B (1989 dalam Salisbury dan Ross. 1995) mengatakan bahwa peningkatan biomasa umbi dipengaruhi oleh banyaknya  absorpsi  air  dan  penimbunan hasil fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Curtis &. Clark, 1995 yang mengatakan bahwa fotosintesis yang sedang berlangsung tergantung  pada absorbsi karbondioksida yang dipengaruhi oleh membuka dan menutupnya stomata. Oleh Salisbury & Ross (1995) mengatakan bahwa pembukaan stomata akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ion K dalam sel- sel penjaga dan ini berarti akan meningkatkan absorpsi karbondioksida oleh daun yangakan diubah menjadi karbohidrat. Adanya        kalium yang  cukup akan meningkatkan pertumbuhan akar yang akan mempengaruhi absorpsi air sehingga terjadi penigkatan kandungan air. Isbandi (1989) menyatakan bahwa kalium terlibat dalam mengaktifkan ensim yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Berat kering umbi kentang merupakan hasil penimbangan kentang basah yang telah dikeringkan pada suhu 70-80o   C  (Salisbury  dan  Ross,  1995).  Berat kering ini merupakan banyaknya penimbunan          karbohidrat, protein dan vitamin serta bahan-bahan organic lainnya. Penimbunan pupuk organik cair dengan konsentrasi 0ml/l, 1ml/l, 2ml/l, 3ml/l dan 4ml/l menunjukkan hasil  yang  berbeda tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya penimbunan karbohidrat, protein, vitamin dan bahan-bahan organic lainnya antara perlakuan kontrol sama dengan yang diperlakukan dengan pupuk organik cair. Ukuran umbi kentang yang besar bukan merupakan indikasi bahwa kandungan senyawanya organik dalam umbi seperti karbohidrat, protein, lipid dan senyawa- senyawa organik lain dari hasil proses metabolism juga besar, tetapi dapat Dimungkinkan adanya kandungan air  yang besar sehingga berat kering umbi kentang yang  dihasilkan tidak  berbeda nyata antar perlakuan.
3.4 Pengamatan Faktor Lingkungan
Hasil pengamatan factor lingkungan yaitu suhu   dan   kelembaban  selama   penelitian dapat dilihat pada table 3. Berdasarkan data yang ada pada Tabel-3 menunjukkan bahwa suhu yang diukur pada saat penelitian berkisar antara 25,3oC–27,6oC dengan rata-rata 25,3o  C dan kelembaban udara berkisar antara 79,7%- 85,0% dengan rata-rata 82,4%. Sedang pH yang diukur pada awal penelitian 5,4 dan yang  diukur  pada  akhir  penelitian  adalah 5,6.
Faktor lingkungan   sebagai pendukung dalam penelitian ini meliputi suhu (berkisar 26,5oC) kelembaban udara dan pH tanah. Dari hasil         pengukuran diperoleh data suhu selama penelitian berkisar antara 25,3oC sampai 27,6oC. Kisaran suhu tersebut sesuai dengan lingkungan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang yang berkisar antara 21o  C sampai 31o  C. Data kelembaban udara yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 79,7% sampai 85,0%, sehingga sesuai dengan kelembaban lingkungan untuk pertumbuhan dan perkembangan kentang yang berkisar antara 80% sampai 90% (Yamaguchi, 1998). Derajat keasaman tanah yang diukur pada awal  penelitian menunjukkan pH 5,4 sehingga pH ini belum sesuai          untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang maka satu hari sebelum penanaman kentang dilakukan pengapuran. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah (menetralisir keasaman tanah), memperbaiki sifat fisik tanah, menurunkan kelarutan alumunium (AI) dan besi (Fe) yang merupakan racun bagi tanaman kentang, mempertahankan ketersediaan unsur-unsur hara terutama fosfor dan membantu penyempurnaan perombakan bahan-bahan organic tanah (Anonimous-b)



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penggunaan pupuk organik cair dengan berbagai konsentrasi perlakuan yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l yang diaplikasikan terhadap tanaman kentang memberikan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat kering tanaman, jumlah umbi dan berat kering umbi kentang tetapi pada konsentrasi 4 ml/l memberikan hasil yang signifikan terhadap jumlah daun, diameter umbi, berat basah tanaman dan berat basah umbi kentang.



DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, a.2006. Kentang Varietas Granola Dieng Diminati Importir Singapura http://id.search.yahoo.com/search?p=kentang&ei=UTF-8&fr=yfpt101&xargs-=0&pstart=1&b=21.
Anonim,b. 2007 .Budidaya kentang.//http://id.search.-yahoo.com/search-;ylt=A3xsf-M0dQ-2xKgy8BEqvLQwx.?p=budidaya+kentang&y=Cari&fr= Minggu, 2007 Oktober 28
Anonim-c. Solanum tuberosum. http://www.thefreedictionary.com/S olanum+tuberosum
Bonner, J. and W. Galston, 1951. Principle of Plant Physiologi. Wh Freeman And Company, San Fransisko
Curtis, O. F. And D. G. Clark, 1995. An Introduction Tp Plant Physiologi. Mac Grow Hill Book Company. Inc. Newyork
Fisher, N. M. dan P. R. Goldsworthy. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI Press. Jakarta
Gomez, A. (1980), Statistical Procedures for Agricultural Research, 2nd edition, John Wiley and Sons publication, New York, pp. 97–101.
Hendrinova. 1990. Pengaruh Berbagai Pupuk Organik dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rimpang Jahe. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan I PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Poewowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa.Bandung  Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Cetakan I. Penebar Swadaya: Jakarta
Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Univ. Indonesia: Jakarta
Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca Panen. Edisi II. Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Salisbury, B.  F.  dan C.  C.W Ross. 1995. Fisiologi  Tumbuhan.  Jilid  3: ITB Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas masukannya