Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)
Effect of Liquid Organic Fertilizer on Growth and Production of Potato (Solanum tuberosum L.)
Tanaman kentang (Solanum tuberosum ) adalah termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa Negara berkembang. Kebutuhan kentang yang semakin meningkat, akibat pertambahan jumlah penduduk, makin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi dan makin meluasnya pendayagunaan produksi kentang untuk berbagai bahan makanan, baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan. Sejalan dengan kebutuhan kentang yang semakin meningkat ini berbagai kalangan terutama peneliti dan akademisi mulai meneliti tentang upaya peningkatan produksi agar diperoleh produksi kentang yang optimal (Rukmana, 1997).
Artikel Ilmiah Bahasa Indonesia
Effect of Liquid Organic Fertilizer on Growth and Production of Potato (Solanum tuberosum L.)
Tanaman kentang (Solanum tuberosum ) adalah termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa Negara berkembang. Kebutuhan kentang yang semakin meningkat, akibat pertambahan jumlah penduduk, makin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi dan makin meluasnya pendayagunaan produksi kentang untuk berbagai bahan makanan, baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan. Sejalan dengan kebutuhan kentang yang semakin meningkat ini berbagai kalangan terutama peneliti dan akademisi mulai meneliti tentang upaya peningkatan produksi agar diperoleh produksi kentang yang optimal (Rukmana, 1997).
Artikel Ilmiah Bahasa Indonesia
Pengaruh Pemberian
Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)
Effect
of Liquid Organic Fertilizer on Growth and Production
of Potato (Solanum tuberosum L.)
OLEH:
Abdullah
Mujahid
115040201111159
Kelas:
L1
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman
kentang (Solanum tuberosum ) adalah termasuk
tanaman
sayuran yang berumur pendek. Saat ini
kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat
akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan
pola konsumsi di beberapa Negara berkembang. Kebutuhan kentang yang semakin meningkat, akibat pertambahan jumlah penduduk, makin tingginya
kesadaran
masyarakat
akan gizi dan makin meluasnya pendayagunaan produksi kentang untuk berbagai bahan makanan,
baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan. Sejalan dengan
kebutuhan kentang yang semakin meningkat ini berbagai kalangan terutama
peneliti dan akademisi mulai meneliti tentang upaya peningkatan produksi
agar diperoleh produksi kentang yang
optimal (Rukmana, 1997).
Unsur hara merupakan salah satu
factor yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang yang
optimal. Penggunaan pupuk sebagai salah
satu usaha untuk meningkatkan produksi kentang sudah sangat membudaya
dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dan cara
pemupukan sebagai salah satu hal yang
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya (Anonimous
a. 2007). Dampak dari
penggunaan pupuk anorganik
menghasilkan peningkatan produkstivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk
anorganik dalam jangka yang relative lama umumnya berakibat buruk pada kondisi
tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Indrakusuma, 2000).
Pupuk
organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung
unsure
makro dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit
(Prihmantoro, 1996).
Penggunaan pupuk
kandang atau kompos selama ini diyakini
dapat mengatasi permasalahan yang
di timbulkan oleh
pupuk anorganik.
Pupuk kandangatau kompos disamping mempunyai
kelebihan juga masih banyak kekurangannya. Penggunaan pupuk organik
alam yang dapat dipergunakan untuk membantu
mengatasi kendala produksi pertanian yaitu Pupuk Organik Cair. Pupuk
organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama4 bulan. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan
kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000). Dalam penelitian ini akan
digunakan pupuk organic
cair yang
berbeda konsentrasinya terhadap
pertumbuhan dan produksi
tanaman kentang (S. tuberosum)
sehingga diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya dan diharapkan pemberian pupuk
organik cair ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kentang.
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui parameter pertumbuhan.
2. Untuk mengetahui tinggi
tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman.
3. Untuk mengetahui
parameter produksi
4. Untuk mengetahui hasil
pengamatan factor lingkungan
BAB II
METODOLOGI
Penelitian mengenahi pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi
kentang (Solanum
tuberosum L.) dilakukan di kebun penelitian di Desa Getasan,
Salatiga , dilaksanakan bulan Mei – Agustus 2001.
Bibit kentang yang digunakan adalah kentang varietas granola yang didapatkan dari petani di dataran
tinggi Dieng kecamatan Batur Banjarnegara.
Pada penelitian ini menggunakan pupuk organik
cair Supra yang diproduksi oleh PT Surya Pratama Alam Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan
rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal.
Perlakuan berupa pupuk organik
cair dengan lima
macam konsentrasi yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l. ang disiramkan langsung pada tanaman percobaan.
Masing- masing konsentrasi
diulang tiga kali. Data yang diperoleh
dari penelitian dianalisis dengan
analisis varian pada tingkat signifikasi 5%.Gomez.A. 1980)
2.1 Pengolahan Lahan
Lahan yang akan ditanami kentang dicangkul sedalam 20-40 cm, kemudian
dibiarkan selama 10 hari. Lahan yang digunakan seluas 10m x 15m = 150m2., dibuat bedangan
dan selokan untuk irigasi. Bedengan berupa blok-blok
bujur sangkar 40cm x 40cm, tinggi 30cm dan jarak antar
blok 20 cm.Setelah pembuatan blok selesai, tanah di kapur
dengan
dolomite sebanyak 1,2 g/tanaman
2.2 Penanaman dan Pemeliharaan
Pemberian pupuk organic
cair dilakukan sebanyak
4 kali yaitu 1kali
penyiraman ke tanah yang dilakukan satu
hari sebelum tanam dan 3 kali penyemprotan ke
daun yang dilakukan pada waktu tanaman kentang berumur 2, 4 dan 6 minggu setelah
tanam. Jumlah pemberian pupuk organic cair untuk satu kali perlakuan
sebanyak 200 ml setiap tanaman.
Penanaman dilakukan dengan cara meletakkan
umbi
bibit kentang kedalam lubang dengan kedalaman
10
cm dengan posisi tunas umbi bibit kentang
menghadap ke atas dan lubang ditutup kembali dengan
tanah. Pemeliharaan yang dilakukan
meliputi penyiangan, pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit,
pemasangan ajir/penopang tanaman
dan pemangkasan batang. Pengairan
dilakukan tergantung cuaca dan keadaan
tanah. Penyiangan dilakukan pada waktu kentang
berumur 1 bulan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan. Pemasangan ajir dilakukan tiga minggu
setelah tanam, pemangkasan batang dilakukan
10 hari sebelum panen.
Pengendalian hama dan penyakit mulai
dilakukan bila telah terdapat tanda-tanda
serangan hama dan gejala penyakit. Interval penyemprotan disesuaikan
dengan
kondisi tanaman yaitu antara 2 hari sampai 7 hari sekali.
2.3 Pemanenan
Pemanenan kentang dilakukan pada waktu tanaman berumur 100 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara
membongkar guludan dengan cangkul kemudian
umbi dikumpulkan dan dipisahkan dari
umbi-umbi yang busuk. Umbi dibiarkan beberapa saat agar terkena
sinar matahari, baru umbi dimasukkan
ke dalam wadah penampung
yaitu
karung. Pada waktu pemanenan dilakukan pengamatan terhadap parameter pertumbuhan yang meliputi
tinggi tanaman, jumlah
daun, berat basah dan kering tanaman kentang; serta parameter produksi yang meliputi
jumlah an diameter umbi serta berat basah dan berat kering umbi, serta parameter lingkungan atau
pendukung yang berupa
suhu dan kelembaban
yang
diukur setiap 3 hari sekali,
serta pH tanah yang diukur
pada awal dan akhir penelitian.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Parameter Pertumbuhan
Dari
penelitian yang telah dilaksanakan
mengenai pengaruh pemberian pupuk organik
cair terhadap pertumbuhan dan
produksi kentang (Solanum tuberosum L) dapat
dikemukakan data-data dalam Tabel-1 sampai Tabel-3 sebagai berikut berikut :
Tabel -1. Data Rerata
Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Berat
Basah dan Berat Kering
Tanaman Kentang umur 100 hari setelah tanam.
Parameter
|
Perlakuan
|
||||
PO
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
|
Rerata tinggi tanaman (cm)
|
41,36a
|
45,86a
|
46,78a
|
46,36a
|
47,18a
|
Rerata jumlah daun
(helai)
|
196,00a
|
204,80a
|
227,20a
|
289,60ab
|
344,00b
|
Rerata berat basah tanaman kentang (g)
|
382,96a
|
459,62ab
|
530,94abc
|
608,42bc
|
650,88c
|
Rerata berat
kering
tanaman kentang (g)
|
64,94a
|
65,38a
|
65,48a
|
72,58a
|
77,90a
|
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukkan nilai yang berbeda
tidak nyata dalam uji
Duncan 5 %.
Tabel-2. Data Rerata
Jumlah Umbi, Diameter Umbi, Berat
Basah dan Berat Kering
Umbi Kentang.
Parameter
|
Perlakuan
|
||||
P0
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
|
Rerata jumlah umbi
|
10,60a
|
11,60a
|
11,20a
|
11,80a
|
12,80a
|
Rerata diameter umbi (cm)
|
3,29a
|
3,56a
|
3,76ab
|
4,66bc
|
4,93c
|
Rerata berat basah
umbi kentang (g)
|
328,4a
|
395,72ab
|
460,78abc
|
548,54bc
|
578,32c
|
Rerata berat
kering
umbi kentang (g)
|
51,80a
|
58,44a
|
55,34a
|
61,62a
|
80,12a
|
Keterangan:
Angka-angka
pada
baris
yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama, menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata dalam uji
Duncan”s 5 %.
Tabel
-3. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban udara
selama penelitian
Komponen
|
Kisaran
|
Rerata
|
Suhu oC
|
25,3 – 27,6
|
26,5
|
Kelembaban %
|
79,7 – 85,0
|
82,4
|
Hasil
analisis
data tinggi tanaman kentang seperti yang tercantum
pada Tabel-1 terlihat bahwa nilai F Hitung < F Tabel.
Analisis Duncan’s 5 % menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic cair dengan
konsentrasi 0 ml/l, 2ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l memberikan
hasil yang berbeda tidak nyata. Hal
ini berarti pemberian pupuk organik
cair dari masing-masing
konsentrasi perlakuan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kentang.
3.2 Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Berat Basah dan Berat Kering
Tanaman
Pemberian
pupuk organik cair dengan berbegai
yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l terhadap
parameter tinggi tanaman memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Penambahan
tinggi
tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur- angsur menjadi lebih cepat sampai tercapai
suatu laju
pemanjangan batang yang maksimum
yaitu
pada minggu kedelapan yang akhirnya laju pemanjangan
batang konstan hingga minggu kesebelas.
Hasil penelitian yang dicapai pada
perlakuan 0 ml/l (41,36) hingga perlakuan 4 ml/l (47,18) menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kentang. Hal ini diperkuat dengan uji Duncan’s yang menunjukkan perbedaan yang nyata masing-masing pemberian pupuk cair.
Respon perlakuan terhadap jumlah daun terhadap pemberian pupuk organic
cair terlihat berbeda nyata pada konsentrasi
4 ml/l. Pemberian pupuk organic
cair dapat meningkatkan jumlah daun dari 196
helai
pada tanaman tanpa pupuk organik cair menjadi 344 helai daun. Penambahan tinggi tanaman dan jumlah
daun Solanum tuberosum ini diduga diperkirakan
bahwa pemberian pupuk organic cair dapat menyebabkan terdorongnya atau terpacunya sel diujung batang untuk segera mengadakan pembelahan dan perbesaran sel
trutama di daerah
meristematis.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Bonner & Galston
(1951) yang mengatakan bahwa pembelahan secara antiklinal dan periklinal dan perbesaran
sel meristematis di ujung batang, meskipun laju kecepatannya tidak sama. Anonim-b (2007) dan Anonim-c
yang
mengatakan bahwa pemberian pupuk organik cair yang mengandung
unsur N, P,
K, Mg dan Ca) akan menyebabkan terpacunya sintesis dam pembelahan dinding
sel secara antiklinal sehingga akan mempercepat pertambahan tinggi tanaman
Anonim-b (2007) dan Lakitan (1996) mengatakan bahwa
adanya perbedaan
laju pertumbuhan dan aktivitas
jaringan meristematis yang tidak
sama, akan menyebabkan perbedaan laju pembentukan
yang tidak sama pada organ yang terbentuk. Selain itu pemberian
pupuk organic cair yang lengkap kandungan haranya, akan menyebabkan
laju pertumbuhan yang sintesisis yang berbeda (Indrakusuma.200I.).
Oleh penulis yang sama dan
Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa pupuk organik
cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein,
asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara
mikro tersebut berperan
sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Poerwowidodo (1992) menyatakanbahwa protein merupakan penyusun utama
protoplasma yang berfungsi sebagai pusat
proses metabolisme
dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan
dan pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen
dan unsur hara mikro tersebut
berperan sebagai penyusun klorofil sehingga
meningkatkan aktivitas fotosintesis tersebut akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan
meristematis daun.
Pemberian
pupuk oranik cair pada tanaman S. tuberosum
ini diperkirakan akan mempercepat sintesis asam amino dan protein sehingga mempercepat
pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Rao (1994)
dan
Purwowidodo (1992) yang
mengatakan bahwa pupuk organik cair mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses metabolisme
tanaman,
yaitu
dalam sintesis asam amino
dan protein dari ion-ion ammonium
serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga
memungkinkan
lancarnya proses-proses metabolisme dan
menjamin kesinambungan pemanjangan sel. Oleh
penulis yang sama dikatakan bahwa unsur Fosfor
berperan dalam menyimpan dan memindahkan
energi untuk sintesis
karbohidrat, protein, dan proses fotosintesis.
Senyawa-senyawa hasil fotosintesis disimpan dalam
bentuk senyawa organik
yang kemudian
dibebaskan dalam bentuk ATP untuk pertumbuhan tanaman. Asam humat dan asam
fulfat serta zat pengatur tumbuh yang terkandung
dalam pupuk organik cair akan mendukung
dan mempercepat pertumbuhan tanaman (Rao,1994 dan Poerwowidodo (1992 ).
Berat
basah tanaman merupakan berat tanaman pada saat tanaman masih hidup dan ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum tanaman
menjadi layu akibat
kehilangan air (Lakitan, 1996). Respon
tanaman kentang terhadap pemberian pupuk organik cair memberikan hasil yang meningkat pada konsentrasi 3 ml/l (608,42) dan 4 ml/l (850,88).
Hal ini disebabkan karena pupuk organik cair
yang diberikan mampu mampu memacu metabolisme pada tanaman kentang. Nitrogen yang terkandung dalam
pupuk organik cair berperan
sebagai penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium
berperan dalam memacu pembelahan jaringan
meristem dan merangsang pertumbuhan
akar dan perkembangan daun. Akibatnya tingkat
absorbsi unsur hara
dan air oleh
tanaman sampai batas optimumnya yang
akan digunakan untuk pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel. Kalium mengatur
kegiatan membuka dan menutupnya stomata
Pengaturan stomata yang optimal akan mengendalikan transpirasi tanaman dan meningkatkan reduksi karbondioksida
yang
akan diubah
menjadi karbohidrat. Unsur hara nitrogen,
fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam
pupuk organik cair akan meningkatkan aktivitas fotosintesis tumbuhan sehingga meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan
sebagai cadangan makanan (Poerwowidodo,1992).
Pemberian pupuk organic cair dengan konsentrasi 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l, dan 4 ml/l tidak
signifikan terhadap berat kering tanaman
kentang. Berat kering tanaman merupakan
resultan dari tiga proses
yaitu
penumpukan asimilat melalui fotosintesa,
penurunan asimilat akibat respirasi
dan akumulasi ke bagian cadangan
makanan (Anonim-b. 2007). Gardner (1991)
mengatakan bahwa berat kering tumbuhan
adalah keseimbangan antara pengambilan CO2 (fotosintesis) dan pengeluaran CO2 (respirasi). Apabila respirasi lebih besar
disbanding fotosintesis tumbuhan itu
akan berkurang berat keringnya. Pupuk organik cair mengandung unsur hara kalium dan
kalsium yang akan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
akar lateral sehingga mempengaruhi kemampuan tanaman kentang
dalam menyerap air. Hal ini
menyebabkan tanaman kentang
dengan perlakuan berbeda akan menyerap air dengan jumlah yang berbeda-beda yang selanjutnya air akan menguap pada saat proses pengeringan.
3.3 Parameter Produksi
Hasil
data jumlah umbi kentang seperti yang tercantum pada lampiran 05 dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tabel. Analisis
tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic cair dengan konsentrasi 0 ml/l,
1
ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l memberikan hasil yang berbeda
tidak nyata.
3.4 Jumlah Umbi, Diameter Umbi, berat Basah Umbi dan Berat Kering
Umbi
Pemberian pupuk organic cair berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah umbi. Pemupukan dengan pupuk organik cair dengan konsentrasi I ml/l (11,60), 2 ml/l (11,20), 3 ml/l (11,80) dan 4 ml/l (12,60)
menghasilkan jumlah umbi
yang tidak
berbeda nyata dengan yang dihasilkan dari tanaman control.
Jumlah umbi
yang terbentuk merupakan respon dari ukuran umbi bibit yang digunaan.
Umbi
bibit yang berukuran kecil dan seberat 30 gram dalam perkembangannya akan menghasilkan umbi yang berukuran besar dengan jumlah sedikit. Fisher (1992) menyatakan
bahwa permukaan umbi
dan
jumlah
mata tunas akan mempengaruhi pertumbuhan tunas batang yang selanjutnya mempengaruhi jumlah umbi yang terbanyak.
Respon
tanaman pada diameter umbi terhadap pemberian pupuk
organik cair
dengan konsentrasi 1 ml/l (3,56) dan 2 ml/l (3,76) belum memperlihatkan
respon yang berbeda dari
perlakuan control. Respon tersebut baru bampak apabila konsentrasi ditingkatkan menjadi 3 ml/l
(4,66)
dan
4
ml/l (.4,93). Hal ini diperkuat pula dengan uji
Duncan’s 5% yangmenunjukkan
perbedaan yang tidak nyata. Diameter umbi pada
dasarnya tergantung pada aktivitas
pembelahan yang terjadi
pada semua sel umbi,
tetapi laju pembelahan dan pembesaran
sel tidak seragam pada semua bagian umbi Lakitan (1996) menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan umbi adalah laju dan kuantitas fotosintat yang dipasok
dari tajuk tanaman.
Pemberian pupuk organic cair berpengaruh terhadap diameter umbi karena
mengandung asam humat dan asam fulfat.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hendrinova. 1990 yang mengemukakan kalau pembesaran umbi pada tanaman kentang diduga
berkaitan langsung dengan terjadinya perubahan kondisi fisik tanah terutama dalam granulasi tanah sehingga
akan memberikan ruang untuk pembelahan dan
pembesaran sel sehingga umbi dapat berkembang lebih besar.
Respon tanaman kentang dalam hal berat basah
umbi terhadap pemupukan
pupuk organik cair sejalan dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan
jumlah
daun. Jumlah daun yang disertai penampakan daun yang berwarna
hijau menandakan adanya kandungan
klorofil yang dapat menghasilkan fotosintat untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi berat basah umbi. (Salisbury & Ross. 1995).
Berat basah umbi kentang setelah pemberian pupuk organic
cair dengan konsentrasi 3 ml/l (548,54)dan
4 ml/l
(578,32) memberikan hasil berat basah
tertinggi dibandingkan dosis lainnya dan
berbeda nyata dengan konsentrasi 0 ml/l (328,84) dan 1 ml/l (395,72). Peningkatan berat basah ini disebabkan
adanya perbaikan pada sifat fisik dan kimia tanah oleh kerja pupuk organik
cair, seperti efisiensi pupuk kimia, perbaikan aerasi tanah, peran humus
dalam daya sangga dan peningkatan kapasitas tukar kation (KTK)
tanah. Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa
unsur hara makro dan unsur hara mikro yang
terkandung dalam pupuk organik cair menghasilkan pengaruh yang
komplek terhadap pembentukan
dan produksi karbohidrat. Unsur hara fosfor merupakan bahan penyusun
ATP yang dibutuhkan
untuk mereduksi CO2 menjadi senyawa
organic yang mantap sehingga
akan mengasilkan biomasa umbi. Oleh Anonim- b. 2007 dan Longman, B (1989 dalam Salisbury dan Ross. 1995) mengatakan bahwa
peningkatan biomasa umbi dipengaruhi oleh banyaknya absorpsi air dan penimbunan
hasil fotosintesis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Curtis &. Clark, 1995 yang mengatakan bahwa fotosintesis yang sedang berlangsung tergantung pada
absorbsi karbondioksida yang
dipengaruhi
oleh membuka dan menutupnya
stomata. Oleh Salisbury & Ross (1995) mengatakan bahwa pembukaan
stomata akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ion K dalam sel-
sel penjaga dan ini berarti akan meningkatkan
absorpsi karbondioksida oleh daun yangakan diubah menjadi karbohidrat. Adanya kalium yang cukup
akan meningkatkan pertumbuhan akar yang akan
mempengaruhi
absorpsi air sehingga terjadi
penigkatan kandungan air. Isbandi (1989) menyatakan
bahwa kalium terlibat dalam mengaktifkan ensim yang berperan
dalam proses metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.
Berat
kering umbi kentang merupakan hasil penimbangan
kentang basah yang telah dikeringkan pada suhu 70-80o C (Salisbury dan Ross, 1995). Berat kering ini merupakan banyaknya
penimbunan karbohidrat, protein dan vitamin serta bahan-bahan organic lainnya. Penimbunan
pupuk organik cair dengan konsentrasi 0ml/l, 1ml/l, 2ml/l, 3ml/l dan 4ml/l
menunjukkan hasil yang
berbeda
tidak nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa banyaknya penimbunan karbohidrat,
protein, vitamin dan bahan-bahan organic lainnya antara
perlakuan kontrol sama dengan yang
diperlakukan dengan pupuk organik cair.
Ukuran umbi kentang yang besar bukan merupakan indikasi bahwa kandungan senyawanya
organik dalam umbi seperti
karbohidrat, protein, lipid dan senyawa-
senyawa organik lain dari hasil proses metabolism juga besar, tetapi dapat Dimungkinkan adanya kandungan air
yang besar sehingga berat kering umbi kentang
yang
dihasilkan tidak
berbeda nyata antar perlakuan.
3.4 Pengamatan Faktor Lingkungan
Hasil pengamatan factor lingkungan yaitu
suhu dan
kelembaban selama
penelitian dapat dilihat pada table 3. Berdasarkan data yang ada pada
Tabel-3 menunjukkan bahwa suhu yang
diukur pada saat penelitian berkisar
antara 25,3oC–27,6oC dengan rata-rata 25,3o C dan kelembaban udara berkisar
antara 79,7%- 85,0% dengan
rata-rata 82,4%. Sedang pH
yang
diukur pada awal penelitian
5,4 dan yang diukur
pada
akhir
penelitian
adalah
5,6.
Faktor
lingkungan sebagai pendukung
dalam penelitian ini meliputi suhu (berkisar
26,5oC) kelembaban udara dan pH tanah. Dari hasil pengukuran
diperoleh data suhu selama penelitian
berkisar antara 25,3oC
sampai 27,6oC.
Kisaran suhu tersebut sesuai dengan lingkungan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang yang berkisar antara 21o C sampai 31o C. Data
kelembaban udara yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 79,7% sampai
85,0%, sehingga sesuai dengan kelembaban
lingkungan untuk pertumbuhan
dan perkembangan kentang
yang berkisar antara 80% sampai
90% (Yamaguchi, 1998). Derajat keasaman tanah
yang diukur pada awal penelitian
menunjukkan pH 5,4 sehingga pH ini
belum sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kentang maka satu hari sebelum penanaman
kentang dilakukan pengapuran. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah (menetralisir keasaman
tanah), memperbaiki sifat fisik tanah, menurunkan kelarutan alumunium
(AI) dan besi (Fe) yang merupakan
racun bagi tanaman kentang, mempertahankan
ketersediaan unsur-unsur hara terutama
fosfor dan membantu penyempurnaan
perombakan bahan-bahan
organic tanah (Anonimous-b)
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Penggunaan pupuk
organik cair dengan berbagai konsentrasi
perlakuan yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l dan 4 ml/l yang diaplikasikan terhadap tanaman kentang
memberikan hasil yang berbeda tidak nyata
terhadap parameter tinggi tanaman, berat kering tanaman, jumlah umbi dan berat kering umbi kentang
tetapi pada konsentrasi
4 ml/l memberikan hasil yang signifikan
terhadap jumlah daun, diameter umbi, berat basah tanaman dan berat basah umbi
kentang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, a.2006. Kentang Varietas Granola Dieng Diminati Importir Singapura http://id.search.yahoo.com/search?p=kentang&ei=UTF-8&fr=yfpt101&xargs-=0&pstart=1&b=21.
Anonim,b. 2007 .Budidaya kentang.//http://id.search.-yahoo.com/search-;ylt=A3xsf-M0dQ-2xKgy8BEqvLQwx.?p=budidaya+kentang&y=Cari&fr=
Minggu, 2007 Oktober 28
Anonim-c. Solanum
tuberosum.
http://www.thefreedictionary.com/S olanum+tuberosum
Bonner, J. and W. Galston,
1951. Principle
of Plant Physiologi. Wh Freeman
And Company, San Fransisko
Curtis, O. F. And D. G. Clark, 1995. An Introduction Tp Plant Physiologi.
Mac Grow Hill Book Company.
Inc. Newyork
Fisher, N. M. dan P. R. Goldsworthy. 1992.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI – Press.
Jakarta
Gomez, A. (1980), Statistical Procedures for Agricultural Research, 2nd edition,
John Wiley and Sons publication, New York, pp. 97–101.
Hendrinova. 1990. Pengaruh
Berbagai Pupuk Organik dan Pupuk Daun
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rimpang Jahe. Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik
Cair Supra Alam Lestari.
PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman.
Cetakan I PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Poewowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit
Angkasa.Bandung Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Cetakan I. Penebar Swadaya: Jakarta
Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Univ. Indonesia: Jakarta
Rukmana, R. 1997. Kentang
Budidaya dan Pasca Panen. Edisi
II. Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Salisbury, B. F. dan C.
C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3: ITB Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas masukannya