Abdullah
Mujahid
115040201111159
Suweg
sebagai functional food
kue amor
alias kue cinta. Kue amor menjelma dalam bentuk kue cincin amor, onde-onde
amor, brownies amor, dan cheese
stick amor.
Kue
cinta adalah hasil kreasi tim peneliti dan staf Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Disebut kue amor sebab dibuat dari umbi tanaman Amorphophallus paeoniifolius alias suweg.
Suweg
sendiri adalah tanaman yang masuk dalam famili Araceae. Tanaman ini merupakan
kerabat dekat Amorphophallus
titanum alias
bunga bangkai.
Bagian
suweg yang dimanfaatkan adalah umbi atau cadangan makanan yang tumbuh di dalam
tanah. Bagian itu memiliki zat tepung yang bisa diolah menjadi makanan.
"Untuk
membuat kue-kue ini, kami menggunakan 50 persen suweg dan 50 persen
tepung," kata Yuzammi, peneliti bunga bangkai LIPI yang tekun menggali
potensi suweg sebagai bahan makanan.
Rasa
hasil olahan tak kalah dengan kue-kue umumnya yang terbuat murni dari bahan
tepung terigu atau tepung beras. Tampilan kue pun tak kalah cantik.
Cita
rasa brownies yang dibuat, misalnya, benar-benar mirip dengan brownies biasa.
Sama sekali tidak terasa bahwa ada campuran bahan lain dalam brownies itu.
Sementara itu, cheese
stick-nya pun tak kalah renyah. Rasa onde-onde dan kue cincin yang
menjadi representasi penganan lokal pun tetap enak.
Lewat
pembuatan kreasi kuliner suweg
ini, Yuzammi ingin menunjukkan bahwa suweg pun punya potensi untuk menjadi
bahan makanan populer. "Tanaman ini berpotensi jadi tanaman pangan
fungsional. Sekarang kita sedang meneliti pemanfaatan daun suweg," ungkap
Yuzammi dalam konferensi pers, Jumat (27/1/2012) di Kebun Raya Bogor.
Suweg
sehat
Yuzammi
mengatakan, suweg memiliki kadar karbohidrat dan protein cukup tinggi dibanding
jenis talas-talas lain. Karbohidrat yang dimiliki mencapai 78,68 persen,
sementara proteinnya 6,56 persen.
"Suweg
juga dilaporkan bisa mencegah penyakit degeneratif dan jantung koroner.
Kemampuan suweg mengikat kolesterol setara dengan oat instan," kata
Yuzammi.
Kelebihan
yang dimiliki suweg menjadikannya punya nilai tambah. Selain tetap mendapatkan
nutrisi inti, konsumen suweg pun bisa mendapatkan manfaat kesehatan.
Namun,
ada hambatan konsumsi suweg biasanya yakni kandungan kalsium oksalat yang
menimbulkan gatal. Meski demikian, Yuzammi kini tengah menemukan suweg yang
kandungan kalsium oksalatnya sangat rendah.
"Saat
ini kita sedang lakukan riset perbanyakan. Kita coba untuk mendapatkan umbi
dengan cepat dan maksimal. Kalau sekarang butuh satu tahun," jelas
Yuzammi.
Kemampuan
mendapatkan umbi cepat akan mendukung pemanfaatan suweg. Jika umbi besar bisa
didapatkan dengan cepat, pemanfaatan bisa dilakukan secara massal.
Jika
kapasitas produksi suweg cukup besar, ke depan suweg bisa diolah oleh industri
menjadi beragam produk makanan. Salah satu yang bahkan digadang adalah menjadi
makanan bayi.
Nah,
pastinya, bakal mungkin tercipta pula kue-kue lucu dari suweg. Misalnya cupcake
suweg, roti unyil suweg, mi suweg, dan masih banyak lagi.
Kompas,Jumat (27/1/2012)
Suweg
Amorphophallus paeoniifolius yang
dikenal juga sebagai suweg merupakan salah satu anggota suku Araceae yang umbinya
berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan karena memiliki kandungan
gizi yang cukup baik dan tidak kalah dengan Amorphophallus
muelleri atau porang
yang sebelumnya telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber penghasil glukomanan
dan talas (Colocasia
esculenta (L.)
Schott) yang telah banyak dimanfaatkan untuk konsumsi.
Dahulu suweg mudah ditemukan di pedesaan,
seperti di pekarangan penduduk, tegalan, tepi hutan, pinggir jalan atau
di tanah-tanah kosong yang tidak digarap. Dengan adanya alih fungsi lahan untuk
pemukiman, jalan raya, kebun buah-buahan dan sayuran, menyebabkan jenis ini
semakin sulit ditemukan. Di Indonesia, jenis ini dapat ditemukan di berbagai
daerah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Lampung.
Dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa suweg mempunyai prospek untuk
dikembangkan sebagai produk tepung umbi maupun tepung pati yang berpotensi
untuk mencegah beberapa penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung
koroner, melalui mekanisme penurunan kolesterol dalam darah.
Suweg ditengarai mempunyai kadar serat yang
cukup tinggi dan mempunyai kemampuan dalam mengikat kolesterol yang dapat
disetarakan dengan oat instan.Umbi suweg juga berpotensi sebagai pangan
fungsional karena memiliki IG (Indeks Glisemik) kurang dari 55 dan bisa
menekan peningkatan kadar gula darah, sehingga dapat digunakan bagi penderita
diabetes melitus. Sosialisasi akan fungsi Suweg sebagai bahan pangan fungsional
perlu untuk disosialisasikan. Kemampuannya sebagai bahan pangan fungsional
masih belum tersosialisasikan dengan baik, sehingga masyarakat yang menanam
jenis ini masih sangat terbatas.Hal ini memberikan peluang bagi masyarakat
untuk mengembangkan jenis ini guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan suweg di masa mendatang. Namun, informasi mengenai aspek
budidaya, pengolahan dan pemanfaatan produknya masih sangat
terbatas.
Penelitian ini memiliki prospek yang baik
karena beberapa daerah di Jawa telah lama memanfaatkan suweg sebagai bahan
pangan pelengkap, terutama pada musim kemarau sehingga sosialisasi akan lebih
mudah dilakukan. Jenis ini mudah dibudidayakan dengan cara tumpang sari
dibandingkan dengan padi yang hanya dapat dibudidayakan secara monokultur, dan
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap ketinggian sehingga dapat ditanam di
dataran rendah maupun dataran tinggi, dan juga dapat ditanam di lahan-lahan
marginal. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan,
memanfaatkan, dan mensosialisasikan potensi suweg (Amorphophallus paeoniifolius) sebagai bahan pangan alternatif
dan fungsional di Kabupaten Kulonprogo Provinsi DIY.
Aneka olahan produk makanan dengan bahan dasar
suweg telah mendapat respon cukup baik dari masyarakat dan pernah
diikutsertakan dalam lomba membuat kue dengan bahan tepung non gluten yang
diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) LIPI bekersama dengan
Rose Brand pada tahun 2011 di Jakarta. Empat macam kue dengan bahan
tepung suweg hasil kreasi DWP Kebun Raya Bogor telah mendapat apresiasi yang
cukup baik dengan menjadi juara 1 (Gambar dibawah). Selain itu, suweg juga
berpotensi sebagai bahan pangan fungsional untuk mengatasi beberapa penyakit
degeneratif.
Jan
24, '08 3:27 AM
untuk semuanya |
Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya
netral sehingga mudah dipadu padankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku
kue tradisional dan modern. Sayangnya umbi ini semakin tidak dilirik dan bahkan
mulai langka. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber
karbohidrat.
Tanaman yang diduga bermigrasi dari kawasan
Asia tropik ke Afrika, kemudian berkembang ke negara Asia seperti
Indonesia. Ada kemungkinan Suweg (Amorphophallus campanulatus forma
hortenis Backer) masuk ke Indonesia dibawa oleh botanikus asal Belanda.
Tanaman siweg tumbuh subur di dataran rendah hingga
ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Kisaran suhu idealnya adalah 25-35oC
dengan curah hujan 1000-1500mm/tahun. Tanaman ini lebih cocok ditanam pada
lahan yang agak ternaungi jadi perlu tanaman pelindung. Suweg berkembang biak
dengan pemisahan anakan atau memotong tunas anakan yang tersebar dipermukaan
umbi. Tanah yang cocok adalah campuran antara tanah humus, lempung dan pasir.
Tanaman akan menghasilkan umbi siap panen ketika memasuki usia 18 bulan. Masa
panen suweg sebaiknya dilakukan saat batang suweg sudah membusuk dan memasuki
masa istirahat, saat inilah kandungan pati di dalam suweg maksimal. Berat umbi
suweg bisa mencapai 5 kg.
Sebagai sumber bahan pangan, suweg sangat potensial.
Komposisi utamanya adalah karbohidrat sekitar 80-85%. Kandungan serat, vitamin
A dan B juga lumayan tinggi. Setiap 100 g suweg mengandung protein 1.0 g, lemak
0.1 g, karbohidrat 15.7 g, kalsium 62 mg, besi 4.2 g, thiamine 0.07 mg dan asam
askorbat 5 mg.
Sayangnya di Indonesia kurang memanfaatkan suweg sebagai
alternatif lain bahan pangan sumber karbohidrat. Suweg juga bisa diiris tipis,
dijemur dan dijadikan tepung suweg. Dengan dijadikan tepung, aplikasi suweg
menjadi lebih mudah. Tepung suweg bisa menjadi pengganti tepung terigu atau
beras atau digunakan sebagai subtitusi tepung terigu. Tepung suweg bisa menjadi
bahan baku nasi tiwul suweg, campuran roti, cake, kue kering maupun campuran
kue jajan pasar. Membuat tepung suweg tidaklah sulit, setelah suweg dikupas dan
dicuci bersih, potong tipis kemudian jemur hingga kering. Proses selanjutnya
adalah menggiling dan mengayak higga menjadi tepung suweg. Di Filipina tepung
suweg sudah banyak di gunakan sebagai bahan baku roti maupun kue kering.
Dalam kondisi segar, suweg juga potensial sebagai bahan
baku kue tradisional maupun aneka kudapan seperti kolak maupun getuk suweg.
Umbi suweg juga enak dimakan hanya dengan cara mengukusnya hingga empuk
kemudian di campur dengan parutan kelapa parut. Tekstur suweg kukus yang empuk
bisa dihaluskan menjadi bahan baku kue talam, campuran brownies, cake, kue
lumpur maupun sarikaya suweg. Suweg juga bisa sebagai bahan baku kolak atau disayur
dengan kuah santan (seperti gulai). Sayang keberadaan suweg kini semakin jarang
dijumpai dan pemerintah tidak menggalakan budidaya suweg. Teks & Foto: Budi
Sutomo.
Suweg: Tumbuhnya Mudah, Bunganya Indah, Besar
Khasiatnya
Monday, 6 December 2010
Teks: Handoko Widagdo
Foto: Mark Heyward
Siapa
yang tak kenal bunga bangkai? Pasti semua orang sudah mengenalnya. Suweg (Amorphophallus
campanulatus) adalah saudara bunga bangkai, namun berperawakan lebih
kecil. Batang tumbuhan suweg atau bunganya muncul begitu saja dari tanah.
Ketika bunganya mekar baunya busuk dan sering dikerubungi lalat hijau. Setelah
benar-benar mekar, baunya akan hilang dan sangat indah untuk dinikmati.
Umbi
suweg bisa dimakan sebagai pengganti nasi. Pada saat saya kecil di pedesaan
Kabupaten Grobogan saya sering mencari suweg. Suweg biasanya tumbuh dibawah
naungan. Jadi kami mencarinya di hutan jati dekat rumah, atau di pekarangan
rumah di bawah rumpun bambu (goprak).
Kami
mengambil umbi suweg saat musim kemarau, ketika batang dan bunga suweg sudah
tidak ada lagi di atas tanah. Itulah sebabnya seringkali saya memasang ajir
(stik bambu) ketika tumbuhan suweg masih ada di saat musim hujan. Umbi yang
saya dapatkan dari bawah pohon jati biasanya lebih besar daripada yang tumbuh
di pekarangan. Saya pernah mendapatkan yang beratnya kira-kira 10 kg. Namun
rata-rata umbi suweg hanya sekitar 5 kg saja.
Setelah
umbi kami ambil dari dalam tanah, umbi suweg kami bersihkan dengan cara
mencucinya di sungai untuk menghilangkan tanah yang menempel pada kulit umbi.
Setelah bersih tinggal dibelah (dengan kulit masih menempel) dan kemudian
dikukus. Sering ibu menaburi umbi suweg dengan garam sebelum dikukus. Kata ibu,
garam tersebut akan membuat rasa suweg akan semakin enak dan bisa menghilangkan
rasa gatal. (Kadang kami mendapatkan umbi suweg yang sedikit gatal saat
dimakan. Namun dengan menaburkan garam rasa gatal itu hilang). Kami memakan
umbi suweg yyang telah dikukus dengan sayur lodeh dengan lauk belalang atau
jangkerik goreng. Umbi suweg kukus tak ubahnya seperti nasi.
Apakah
manfaat suweg? Berikut saya kutip ulasan dari Om Wiki: Manfaat suweg sangat
banyak sekali terutama untuk industri dan kesehaan, karena kandungan zat glucomanan yang
ada di dalamnya. Suweg merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan
prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mudah didapatkan, tanaman ini
juga mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen tinggi. Umbinya besar
mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan dengan
beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern.
Sayangnya umbi ini semakin tidak diminati dan
bahkan mulai langka. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber
karbohidrat. Suweg dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mie, tahu,
kosmetik dan roti. Tepung suweg dapat dipakai sebagai pangan fungsional yang
bermanfaat untuk menekan peningkatkan kadar glukos darah sekaligus mengurangi
kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah
dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik danhipokolesterolemik.
Suweg sebagai serat pangan dalam jumlah tinggi
akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit
seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol
tinggi dalam darah dan kencing manis. Di Filipina umbi suweg sering ditepungkan
mengganti kedudukan terigu dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan roti. Di Jepang, umbi-umbian sekerabat suweg telah banyak
dimanfaatkan untuk bahan pangan, misalnya bahan pembuatan mie instan (http://id.wikipedia.org/wiki/Suweg)
Nah
sudah jelas bahwa tumbuhan suweg mempunyai banyak manfaat dan bisa
dibudidayakan dibawah naungan. Artinya, kita bisa menanam suweg dibawah kebun
jati, kebun mangga atau tanaman tahunan lainnya. Jadi kita tak perlu mengimpor
gandum lagi.
KESIMPULAN
Talas
dan Suweg memiliki prospek yang baik sebagai technical food, functional food
dan industrial food seperti: Terigu, makanan pokok pengganti beras, bahan
kosmetik,juga obat-obatan. Meskipun memiliki prospek yang bagus, sayangnya di Indonesia kurang memanfaatkan talas dan suweg sebagai alternatif lain sebagai
bahan pangan khususnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas masukannya