Senin, 14 Oktober 2013

tugas TPT



Abdullah Mujahid
115040201111159
Suweg sebagai functional food
kue amor alias kue cinta. Kue amor menjelma dalam bentuk kue cincin amor, onde-onde amor, brownies amor, dan cheese stick amor.
Kue cinta adalah hasil kreasi tim peneliti dan staf Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Disebut kue amor sebab dibuat dari umbi tanaman Amorphophallus paeoniifolius alias suweg.
Suweg sendiri adalah tanaman yang masuk dalam famili Araceae. Tanaman ini merupakan kerabat dekat Amorphophallus titanum alias bunga bangkai.
Bagian suweg yang dimanfaatkan adalah umbi atau cadangan makanan yang tumbuh di dalam tanah. Bagian itu memiliki zat tepung yang bisa diolah menjadi makanan.
"Untuk membuat kue-kue ini, kami menggunakan 50 persen suweg dan 50 persen tepung," kata Yuzammi, peneliti bunga bangkai LIPI yang tekun menggali potensi suweg sebagai bahan makanan.
Rasa hasil olahan tak kalah dengan kue-kue umumnya yang terbuat murni dari bahan tepung terigu atau tepung beras. Tampilan kue pun tak kalah cantik.
Cita rasa brownies yang dibuat, misalnya, benar-benar mirip dengan brownies biasa. Sama sekali tidak terasa bahwa ada campuran bahan lain dalam brownies itu. Sementara itu, cheese stick-nya pun tak kalah renyah. Rasa onde-onde dan kue cincin yang menjadi representasi penganan lokal pun tetap enak.
Lewat pembuatan kreasi kuliner suweg ini, Yuzammi ingin menunjukkan bahwa suweg pun punya potensi untuk menjadi bahan makanan populer. "Tanaman ini berpotensi jadi tanaman pangan fungsional. Sekarang kita sedang meneliti pemanfaatan daun suweg," ungkap Yuzammi dalam konferensi pers, Jumat (27/1/2012) di Kebun Raya Bogor.
Suweg sehat
Yuzammi mengatakan, suweg memiliki kadar karbohidrat dan protein cukup tinggi dibanding jenis talas-talas lain. Karbohidrat yang dimiliki mencapai 78,68 persen, sementara proteinnya 6,56 persen.
"Suweg juga dilaporkan bisa mencegah penyakit degeneratif dan jantung koroner. Kemampuan suweg mengikat kolesterol setara dengan oat instan," kata Yuzammi.
Kelebihan yang dimiliki suweg menjadikannya punya nilai tambah. Selain tetap mendapatkan nutrisi inti, konsumen suweg pun bisa mendapatkan manfaat kesehatan.
Namun, ada hambatan konsumsi suweg biasanya yakni kandungan kalsium oksalat yang menimbulkan gatal. Meski demikian, Yuzammi kini tengah menemukan suweg yang kandungan kalsium oksalatnya sangat rendah.
"Saat ini kita sedang lakukan riset perbanyakan. Kita coba untuk mendapatkan umbi dengan cepat dan maksimal. Kalau sekarang butuh satu tahun," jelas Yuzammi.
Kemampuan mendapatkan umbi cepat akan mendukung pemanfaatan suweg. Jika umbi besar bisa didapatkan dengan cepat, pemanfaatan bisa dilakukan secara massal.
Jika kapasitas produksi suweg cukup besar, ke depan suweg bisa diolah oleh industri menjadi beragam produk makanan. Salah satu yang bahkan digadang adalah menjadi makanan bayi.
Nah, pastinya, bakal mungkin tercipta pula kue-kue lucu dari suweg. Misalnya cupcake suweg, roti unyil suweg, mi suweg, dan masih banyak lagi.

Kompas,Jumat (27/1/2012)

Suweg
Amorphophallus paeoniifolius yang dikenal juga sebagai suweg merupakan salah satu anggota suku Araceae yang umbinya berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan karena memiliki kandungan gizi yang cukup baik dan tidak kalah dengan Amorphophallus muelleri atau porang yang sebelumnya telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber penghasil glukomanan dan talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) yang telah banyak dimanfaatkan untuk konsumsi.
Dahulu suweg mudah ditemukan di pedesaan, seperti di pekarangan penduduk, tegalan, tepi  hutan, pinggir jalan atau di tanah-tanah kosong yang tidak digarap. Dengan adanya alih fungsi lahan untuk pemukiman, jalan raya, kebun buah-buahan dan sayuran, menyebabkan jenis ini semakin sulit ditemukan. Di Indonesia, jenis ini dapat ditemukan di berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Lampung. Dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa suweg mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai produk tepung umbi maupun tepung pati yang berpotensi untuk mencegah beberapa penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung koroner, melalui mekanisme penurunan kolesterol dalam darah. 
Suweg ditengarai mempunyai kadar serat yang cukup tinggi dan mempunyai kemampuan dalam mengikat kolesterol yang dapat disetarakan dengan oat instan.Umbi suweg juga berpotensi sebagai pangan fungsional karena  memiliki IG (Indeks Glisemik) kurang dari 55 dan bisa menekan peningkatan kadar gula darah, sehingga dapat digunakan bagi penderita diabetes melitus. Sosialisasi akan fungsi Suweg sebagai bahan pangan fungsional perlu untuk disosialisasikan. Kemampuannya sebagai bahan pangan fungsional masih belum tersosialisasikan dengan baik, sehingga masyarakat yang menanam jenis ini masih sangat terbatas.Hal ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan jenis ini guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan suweg di masa mendatang. Namun, informasi mengenai aspek budidaya,  pengolahan dan pemanfaatan produknya masih sangat terbatas. 
Penelitian ini memiliki prospek yang baik karena beberapa daerah di Jawa telah lama memanfaatkan suweg sebagai bahan pangan pelengkap, terutama pada musim kemarau sehingga sosialisasi akan lebih mudah dilakukan. Jenis ini mudah dibudidayakan dengan cara tumpang sari dibandingkan dengan padi yang hanya dapat dibudidayakan secara monokultur, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap ketinggian sehingga dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, dan juga dapat ditanam di lahan-lahan marginal.  Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan, memanfaatkan, dan mensosialisasikan potensi suweg (Amorphophallus paeoniifolius) sebagai bahan pangan alternatif dan fungsional  di Kabupaten Kulonprogo Provinsi DIY.
Aneka olahan produk makanan dengan bahan dasar suweg telah mendapat respon cukup baik dari masyarakat dan pernah diikutsertakan dalam lomba membuat kue dengan bahan tepung non gluten yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) LIPI  bekersama dengan Rose Brand pada tahun 2011 di Jakarta.  Empat macam kue dengan bahan tepung suweg hasil kreasi DWP Kebun Raya Bogor telah mendapat apresiasi yang cukup baik dengan menjadi juara 1 (Gambar dibawah). Selain itu, suweg juga berpotensi sebagai bahan pangan fungsional untuk mengatasi beberapa penyakit degeneratif.

Description: http://images.budisutomo.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/R5hLEAoKCmgAAH07ays1/suweg%202.JPG?et=gjjGQ63wI67kTyfDLNOmVQ&nmid=
Jan 24, '08 3:27 AM
untuk semuanya
Description: http://images.budisutomo.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/R5hLEAoKCmgAAH07ays1/suweg%202.JPG?et=gjjGQ63wI67kTyfDLNOmVQ&nmid=Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern. Sayangnya umbi ini semakin tidak dilirik dan bahkan mulai langka. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat.
Tanaman yang diduga bermigrasi dari kawasan Asia tropik ke Afrika, kemudian berkembang ke negara Asia seperti Indonesia. Ada kemungkinan Suweg (Amorphophallus campanulatus forma hortenis Backer) masuk ke Indonesia dibawa oleh botanikus asal Belanda.
Tanaman siweg tumbuh subur di dataran rendah hingga ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Kisaran suhu idealnya adalah 25-35oC dengan curah hujan 1000-1500mm/tahun. Tanaman ini lebih cocok ditanam pada lahan yang agak ternaungi jadi perlu tanaman pelindung. Suweg berkembang biak dengan pemisahan anakan atau memotong tunas anakan yang tersebar dipermukaan umbi. Tanah yang cocok adalah campuran antara tanah humus, lempung dan pasir. Tanaman akan menghasilkan umbi siap panen ketika memasuki usia 18 bulan. Masa panen suweg sebaiknya dilakukan saat batang suweg sudah membusuk dan memasuki masa istirahat, saat inilah kandungan pati di dalam suweg maksimal. Berat umbi suweg bisa mencapai 5 kg.
Sebagai sumber bahan pangan, suweg sangat potensial. Komposisi utamanya adalah karbohidrat sekitar 80-85%. Kandungan serat, vitamin A dan B juga lumayan tinggi. Setiap 100 g suweg mengandung protein 1.0 g, lemak 0.1 g, karbohidrat 15.7 g, kalsium 62 mg, besi 4.2 g, thiamine 0.07 mg dan asam askorbat 5 mg. 
Sayangnya di Indonesia kurang memanfaatkan suweg sebagai alternatif lain bahan pangan sumber karbohidrat. Suweg juga bisa diiris tipis, dijemur dan dijadikan tepung suweg. Dengan dijadikan tepung, aplikasi suweg menjadi lebih mudah. Tepung suweg bisa menjadi pengganti tepung terigu atau beras atau digunakan sebagai subtitusi tepung terigu. Tepung suweg bisa menjadi bahan baku nasi tiwul suweg, campuran roti, cake, kue kering maupun campuran kue jajan pasar. Membuat tepung suweg tidaklah sulit, setelah suweg dikupas dan dicuci bersih, potong tipis kemudian jemur hingga kering. Proses selanjutnya adalah menggiling dan mengayak higga menjadi tepung suweg. Di Filipina tepung suweg sudah banyak di gunakan sebagai bahan baku roti maupun kue kering.
Dalam kondisi segar, suweg juga potensial sebagai bahan baku kue tradisional maupun aneka kudapan seperti kolak maupun getuk suweg. Umbi suweg juga enak dimakan hanya dengan cara mengukusnya hingga empuk kemudian di campur dengan parutan kelapa parut. Tekstur suweg kukus yang empuk bisa dihaluskan menjadi bahan baku kue talam, campuran brownies, cake, kue lumpur maupun sarikaya suweg. Suweg juga bisa sebagai bahan baku kolak atau disayur dengan kuah santan (seperti gulai). Sayang keberadaan suweg kini semakin jarang dijumpai dan pemerintah tidak menggalakan budidaya suweg. Teks & Foto: Budi Sutomo.



Suweg: Tumbuhnya Mudah, Bunganya Indah, Besar Khasiatnya
Monday, 6 December 2010
Viewed 6807 times, 2 times today | 136 Comments |
Teks: Handoko Widagdo
Foto: Mark Heyward

Siapa yang tak kenal bunga bangkai? Pasti semua orang sudah mengenalnya. Suweg (Amorphophallus campanulatus) adalah saudara bunga bangkai, namun berperawakan lebih kecil. Batang tumbuhan suweg atau bunganya muncul begitu saja dari tanah.  Ketika bunganya mekar baunya busuk dan sering dikerubungi lalat hijau. Setelah benar-benar mekar, baunya akan hilang dan sangat indah untuk dinikmati.


Umbi suweg bisa dimakan sebagai pengganti nasi. Pada saat saya kecil di pedesaan Kabupaten Grobogan saya sering mencari suweg. Suweg biasanya tumbuh dibawah naungan. Jadi kami mencarinya di hutan jati dekat rumah, atau di pekarangan rumah di bawah rumpun bambu (goprak).
Kami mengambil umbi suweg saat musim kemarau, ketika batang dan bunga suweg sudah tidak ada lagi di atas tanah. Itulah sebabnya seringkali saya memasang ajir (stik bambu) ketika tumbuhan suweg masih ada di saat musim hujan. Umbi yang saya dapatkan dari bawah pohon jati biasanya lebih besar daripada yang tumbuh di pekarangan. Saya pernah mendapatkan yang beratnya kira-kira 10 kg. Namun rata-rata umbi suweg hanya sekitar 5 kg saja.

Setelah umbi kami ambil dari dalam tanah, umbi suweg kami bersihkan dengan cara mencucinya di sungai untuk menghilangkan tanah yang menempel pada kulit umbi. Setelah bersih tinggal dibelah (dengan kulit masih menempel) dan kemudian dikukus. Sering ibu menaburi umbi suweg dengan garam sebelum dikukus. Kata ibu, garam tersebut akan membuat rasa suweg akan semakin enak dan bisa menghilangkan rasa gatal. (Kadang kami mendapatkan umbi suweg yang sedikit gatal saat dimakan. Namun dengan menaburkan garam rasa gatal itu hilang). Kami memakan umbi suweg yyang telah dikukus dengan sayur lodeh dengan lauk belalang atau jangkerik goreng. Umbi suweg kukus tak ubahnya seperti nasi.

Apakah manfaat suweg? Berikut saya kutip ulasan dari Om Wiki: Manfaat suweg sangat banyak sekali terutama untuk industri dan kesehaan, karena kandungan zat glucomanan yang ada di dalamnya. Suweg merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mudah didapatkan, tanaman ini juga mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen tinggi. Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern.
Sayangnya umbi ini semakin tidak diminati dan bahkan mulai langka. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Suweg dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mie, tahu, kosmetik dan roti. Tepung suweg dapat dipakai sebagai pangan fungsional yang bermanfaat untuk menekan peningkatkan kadar glukos darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik danhipokolesterolemik.
Suweg sebagai serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah dan kencing manis. Di Filipina umbi suweg sering ditepungkan mengganti kedudukan terigu dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti. Di Jepang, umbi-umbian sekerabat suweg telah banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan, misalnya bahan pembuatan mie instan (http://id.wikipedia.org/wiki/Suweg)
Nah sudah jelas bahwa tumbuhan suweg mempunyai banyak manfaat dan bisa dibudidayakan dibawah naungan. Artinya, kita bisa menanam suweg dibawah kebun jati, kebun mangga atau tanaman tahunan lainnya. Jadi kita tak perlu mengimpor gandum lagi.
KESIMPULAN
Talas dan Suweg memiliki prospek yang baik sebagai technical food, functional food dan industrial food seperti: Terigu, makanan pokok pengganti beras, bahan kosmetik,juga obat-obatan. Meskipun memiliki prospek yang bagus, sayangnya di Indonesia kurang memanfaatkan talas dan suweg sebagai alternatif lain sebagai bahan pangan khususnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas masukannya