Sabtu, 15 Juni 2013

CERPEN “DOA SANG PENCARI ILMU”

CERPEN
“DOA SANG PENCARI ILMU”
KARYA : ABDULLAH MUAJHID
Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina” itulah ajaran dari rasulullah untuk ummatnya jika ilmu sudah habis di tempat tinggal kita maka kita di suruh nabi untuk mencari ilmu lagi walaupun jauh tempatnya itulah yang sedang ku lakukan setelah lulus dari sekolah kecil yaitu Madrasah tsanawiyah Darul Hikmah Rasanya ayahku memiliki maksud lain mengapa aku di kirim ke pondok pesantren bahrul ulum tambakberas jombang dan melanjutkan ke Madrasah Aliah negri  disana Tidak hanya mendalami ilmu umum saja namun disana juga dituntut untuk bisa menguasai berbagai pengetahuan agama. Sama seperti yang dilakukan Ayah ibuku dahulu di kala masih sekolah.
Aku menuruti saja kemauan mereka meskipun aku tidak begitu minat namun aku juga tidak begitu menolak ajakan mereka karena keduanya adalah panutanku sejak aku kecil, yang mengajariku menjalani kehidupan yang sebenarnya, mengajariku berbuat benar dan lebih utama lagi menjadi hamba Allah yang patuh menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Sempat terpikir oleh ku untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi namun apalah daya, ayahku yang hanya sebagai guru madrasah ibtida’iyah swasta yang hanya ber penghasilan lima ratus ribu perbulan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sekarang, untung saja aku anak terakhir, kedua kakak ku sudah bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan keuarga kami  dan juga cukup memenuhi kebutuhan hidupku di pondok pesantren.
Aku teringat saat mengaji kitab tentang menuntut ilmu“syarat-syarat orang menuntut ilmu itu ada enam yaitu: waktu yang lama, modal, sabar, ta’at kepadaguru, merasakan kesusahandan tekuntetapi kyai ku memberi nasihat lain yaitu apa bila kamu ingin ilmumu manfaat cukup mematuhi peraturan di pondok hanya itu saja sudah cukup, maka dari itu kamu tidak usah memikirkan masalah rizeki focus saja dengan ilmu yang kamu pelajari karena Allah sudah memberi kamu jatah rizeki untuk menuntut ilmu entah bagaimana cara Allah memberikannya. Setelah itu aku merasa di beri pencerahan tentang masalah yang sedang aku pikir kan akhirnya aku sudah tidak memikirkan tentang masalah rizeki lagi. aku yakin keluarga tidak akan terbebani menghidupiku di sini. Saat ini aku hanya bisa memberikan bantuan do’a untuk mereka “Ya Allah, semoga Engkau memberikan yang terbaik untuk mereka, semoga mereka bahagia, engkau selalu melimpahkan rahmatmu kepada mereka Aamiin”.
Allahu Akbar-allahu akbar, suara adzan shubuh bergemuruh riuh membangunkan tubuhku serta memberi semangat hidup untuk melaksanakan segala perintah Nya. Aku segera menggerakkan tubuhku yang sedikit kaku karena terdiam diatas karpet semalaman, lalu mengambil air wudhu, membasuh raut mukaku yang pilu. ”Asyhadu allaailaaha illallaahu wahdahu laasyariikalah wa Asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh Allahummaj’alnii minattawwaabiin waj’alnii minal mutatohhiriina wajnii min ’ibaadikasshoolihiin Aamiin”. Semoga Allah selalu memberikan limpahan rahmatNya kepadaku. Alhamdulillah saat ini aku masih di berikan rasa ni’mat untuk beribadah kepadaMu.
Segera aku bergegas mengganti bajuku kemudian masuk ke musholla memenuhi shaf yang kosong, untung saja jamaah masih sepi sambil mengisi waktu luang aku membaca Al Qur’anul Karim serasa hati ini di basuh dengan air yang segar menyejukkan membasuh segala penat di benakku setelah beberapa menit seorang anak mengambil microphone dan iqomah, jamaah shubuh pun dimulai dengan santri memenuhi semua shof di musholla yang kecil itu.Seperti bisaa setelah jamaah shubuh kami melakukan wiridan bersama, dengan segala macam tingkah laku dari para santri yang tergolong memiliki cirri khas masing-masing, ada yang khusyu’ membaca do’a, ada yang semangat, ada juga yang ketiduran, untung saja aku jarang tidur waktu selesai sholat karena setelah sholat adalah waktu mustajab untuk memanjatkan do’a dan doa seorang yang sedang menuntut ilmu juga mustajab. Aku memanjatkan do’a kepada Alah tentang semua yang aku inginkan dan aku cita-citakan “Ya Allah semoga aku menuntut ilmu disini tidaklah sia-sia, manfaat dan barokah, semoga Engkau selalu memberikan rahmat dan hidayahmu, berikan lah aku Istiqomah dalam melakukan kebaikan, terangilah hatiku, tetapkanlah imanku janganlah engkau biarkan terlepas dari jiwaku, segala yang kengkau berikan kepadaku tidaklah sia-sia, berikanlah aku selamat duia akhirat, ya Allah Semoga aku aku dapat melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi dengan pilihan yang aku inginkan dan sesuai dengan kemampuanku, semoga Engkau memberikan kemudahan bagku Aamiin”.
Hari pertama aku sekolah, aku berangkat ke Madrasah Aliah yang tidak jauh dari lokasi pondokku. Sekolahnya bagus, asri, namun murah.Mungkin karena staf-staf yang ada adalah sebagian besar para pengasuh pondok pesantren sehingga mereka lebih mementingkan pendidikan murid-murid mereka daripada memperkaya diri. Subhanallah benar-benar tujuan yang mulia.
Kami para murid sedang melakukan beberapa tes mulai dari tes IQ sampai tes agama, maklum karena sekolah ini juga memperioritaskan pendidikan agama. Rangkasian tes sudah berakhir dan hasil tes yang paling membuatku adalah tes IQ ternyata IQ ku 120 dan masuk kategori cerdas Alahamdulillah mungkin ini yang membuatku semangat untuk belajar. tetapi itu bukan perioritas utama karena guruku pernah mengatakan “kecerdasan otak bukan merupakan kecerdasan yang paling utama dan kecerdasan yang paling utama adalah kecerdasan moral dan akhlak”.
Ketika di pondok aku diajak kakak senior untuk berbincang bincang setelah mengaji malam. Kami berangkat ke komplek warung malam yang gelap di terangi lampu kuning yang agak redup, banyak para santri yang nongkrong disana yang bisaanya disebut dengan istilah ngopi. Aku duduk di karpet yang berada di pojok warung, suasana di sana ramai aku pun memesan secangkir kopi di temani se bungkus rokok maklum sebagian para santri disana adalah perokok aktif sehingga kebisaaan disana sulit untuk di hilangkan. Ada yang heran disekelilingku, sesuatu yang bersinar keluar di balik sarung dan saku santri, seharusnya santri dilarang membawa benda seperti itu di pondok pesantren yaitu handphone. Aku sempat menanyakan kepada kakak seniorku “kak mengapa mereka sampai berbuat seperti itu?” “oh itu bisaa maklum mereka sudah bosan merasakan penderitaan disini itulah godaan santri yaitu ingin melanggar aturan, tentu saja itu akan sangat berpengaruh terhadap masa depan mereka nantinya tetapi jangan khawatir mereka tetap akan di perlukan di masyarakat, kalau kamu ingin lebih baik dari mereka belajarlah yang tekun dan sebisa mungkin menaati peraturan yang ada” “oh begitu ta kak” aku berpikir mereka yang melanggar peraturan saja masih berguna apalagi santri yang rajin, tekun dan menaati peraturan mungkin setelah keluar nanti akan menjadi orang yang hebat. Itu sudah terbukti dari beberapa kisah orang sukses yang sebagian besar dari mereka adalah santri dan aku ingin menjadi seperti mereka.
Tingkah laku ku di pondok pesantren mungkin tidak seperti anak yang baik. Aku adalah anak yang nakal, susah diatur dan cenderung untuk mencoba sesuatu yang baru. Untung saja aku berada di sini coba kalau tidak jika aku sekolah di SMA tanpa dipondokkan mungkin sekarang aku tidak bisa seperti ini dan aku akan menjadi anak yang jelek moralnya meskipun aku dari keluarga baik-baik.
Kegiatan di sini cukup menyenangkan seperti madrasah diniyah, latihan berpidato dan menghafal bait-bait arab sehingga dapat mengisi sebagian otak kami yang kosong. Juga setiap selesai diniyah ada belajar bersama mencakup materi umum maupun materi keagamaan. Kami juga di latih untuk dapat bersosialisasi dengan teman-teman, melatih mental dengan saling mengadu argument dan saling mengolok-olok satu sama lain tetapi tidak sampai menimbulkan konflik hal itu di maksudkan agar kami suatu saat dapat bertahan dan dapat mencari solusi jika terjadi sesuatu yang tida di inginkan dan menghadapi berbagai macam keadaan seperti masalah pertikaian suatu kelompok fitnah dan isu yang tidak sedap dan juga menanamkan semangat bergotong-royong.
Untuk libur sekolah tidak pada hari minggu melainkan pada hari jum’at. Setiap hari jum’at kami bisa jogging keliling pondok yang masih asri, banyak tanaman di pinggir jalan dan sawah yang masih luas juga pada sore harinya kami biasa bermain sepak bola di lapangan atau pun bermain sepak takraw. Ada juga yang hobi berbelanja atau jalan-jalan keliling pasar dengan menyewa motor atau pun sepeda ontel.
Meskipun gaya hidupku cenderung tidak sehat seperti merokok dan minum kopi namun aku suka berolah raga, tidak jajan sembarangan dan berhati-hati dalam melakukan aktifitas yang berat seperti membangun pondok.
Terkadang aktifitas kami terlalu padat sehingga pada waktu sekolah kami merasa kecapek’an dan cenderung untuk malas belajar pada waktu sekolah. Terkadang suasana di dalam kelas seperti tidak ada orang karena mereka pada tidur waktu guru mengajar di kelas hal ini aku antisipasi dengan membaca buku yang seru dan pelajaran yang aku suka untuk menghilangkan kejenuhan di dalam kelas.
Meskipun kami santri namun kami tidak merasa ketinggalan jaman. Aku pun mencoba-coba untuk memanjangkan rambutku dan meluruskannya seperti para artis yang kelihatan keren dan cool “hehe”. Selera music anak santri juga tidak sebatas music sholawat malah banyak dari mereka menyukai music Punk Rock takterkecuali aku. Terkadang saking sukanya banyak dari mereka membolos sekolah demi menonton konser band kesukaan mereka. Mereka rela untuk berjalan berkilo-kilo meter dan nebeng truk-truk besar untuk sampai ketujuan. Memang mereka pada dasarnya anak nakal yang orang tua nya sudah lelah mendidik mereka lalu di buang ke pondok pesantren. Untung saja meskipun aku anak nakal namun aku tidak suka untuk menyia-nyiakan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna.
Sudah hampir tiga tahun aku menuntut ilmu disini. Beberapa bulan lagi aka nada ujian nasional. Kami mulai menentukan rencana kedepan akan meneruskan kuliah, bekerja, mondok lagi, atau  pun menikah.
Pada saat ada pengumuman SNMPTN jalur undangan anak-anak berbondong-bondong untuk mendaftar. Aku merupakan anak yang beruntung bisa mendaftar karena masuk peringkat sepuluh besar. Aku juga mencoba untuk mendaftar bidik misi karena keluargaku tidak mampu namun aku urungkan niat ku karena persyaratannya yang cukup membuatku pusing dan harus bolak balik pulang ke Sidoarjo untuk mengurusnya. Aku hanya bisa pasrah kepada Allah dan senantiasa berdo’a agar keinginanku terkabul. tidak hanya itu, ujian nasional juga turut membuatku tertekan. karena harus belajar ekstra, namun aku tidak begitu paham semua mata pelajaran terutama matematika, fisika dan bahasa inggris. Tidak seperti temanku yang lain aku malah tidak meneruskan belajar melainkan aku lebih mementingkan mengaji dan berdo’a karena kepentingan akhirat lebih aku utamakan  dari pada kepentingan dunia, jadi semua hanya aku pasrahkan kepada Allah dengan penuh keyakinan “ya Allah semunya aku pasrahkan kepadaMu dan aku akan menerima segala takdirMu”.
Ujian sudah berakhir dengan nilai yang lumayan memuaskan. Kini tinggal penantian pengumuman SNMPTN Undangan. Ternyata banyak dari temanku yang tidak lolos bahkan yang peringkatnya berada di atasku. Tanpa aku buka webnya aku sudah pasrah menerima keadaan Aku menyuruh saudaraku untuk membukanya dan ternyata Subhanallah, Alhamdulillah wasyukurillah, aku di terima sebagai mahasiswa Universitas Brawijaya jurusan Agroekoteknologi. Awalnya aku merasa senang kemudian timbul rasa cemas di hatiku. Apakah aku mampu untuk kuliah, lalu aku menanyakan kepada keluargaku ternyata kakakku menyanggupi tapi hanya bisa membiayai awal saja untuk kedepannya aku harus bertahan sendiri. Setelah itu kuputuskan tekadku untuk kuliah dan aku yakin Allah akan selalu memberikan rezeki bagi pencari ilmu. Aku selalu berdo’a sepanjang malam. Akhirnya doaku terkabul, Aku tanpa mendaftar bidik misi langsng masuk ke dalam daftar calon penerima bidik misi tahap kedua. Aku menangis seraya bersyukur kepada Allah atas segala anugrah dan rizki yang telah Allah berikan kepadaku.

cerpen amatiran. hehehe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas masukannya